Monday, September 24, 2007

Jujuran, Budaya Pernikahan Yang Kurang Islami

Bagi warga Nias, Banjar, atau Bugis, tentu sangat mengenal istilah jujuran. Sebagian kalangan menyebutkan ini sebagai mahar. Namun sebagian kalangan menyebutkan juga sebagai hantaran/seserahan. Sesuatu yang diberikan oleh pihak calon pengantin laki-laki ke pihak calon pengantin perempuan.

Jujuran, lazimnya berupa uang dengan nilai tertentu yang disepakati antara pihak laki-laki dan perempuan. Biasa disebut juga dengan uang panaik. Uang yang akan digunakan sebagai ongkos pesta pernikahan dan untuk modal awal setelah menikah.

Pada kenyataannya, semakin cantik si gadis, biasanya uang jujurannya juga semakin mahal. Atau semakin tinggi tingkat derajat keluarga si gadis di mata masyarakat, maka semakin mahal pula jujurannya. Justru masyarakat setempat akan memandang aneh jika ada gadis yang cantik atau berasal dari golongan kaum berada, namun uang jujurannya murah.

Akhirnya, menghadapi hal seperti ini, banyak sekali calon laki-laki harus mundur merelakan gadis yang dicintainya. Banyak juga kejadian kawin lari karena pasangan itu tidak rela untuk berpisah. Adakalanya juga pihak wanita memberikan uang secara diam-diam ke pihak laki-laki untuk digunakan sebagai jujuran. Sungguh suatu tradisi yang menyulitkan.

Bagaimana menurut Islam ?

Sebelum saya ingin menyampaikan pembahasan dari sudut pandang saya, terlebih dahulu saya ingin menyampaikan alasan mengapa harus dilihat dari sudut pandang Islam.

Di kalangan masyarakat Nias, Banjar, atau Bugis, diantaranya memeluk agama Islam. Bahkan masyarakat Banjar terkenal dengan Islam yang cukup kental. Ironis memang jika budaya jujuran tetap dipertahankan di sana.

Dalam Islam, laki-laki yang akan menikahi wanita, haruslah memberikan mahar. Mahar adalah pemberian dari laki-laki ke wanita untuk menikahinya. Bentuknya bebas dan tidak ada batasan. Bahkan menurut sejarah, Fatimah binti Rasulullah saja maharnya berupa Baju Besi Ali Karomallaahuwajhah. Karena Ali memang tidak memiliki yang lainnya. Ada juga yang hanya berupa cincin besi. Bahkan ada yang hanya berupa dibacakan surat dalam AlQuran.

Nabi sendiri dalam hadits-haditsnya, sebagai berikut :

Sesungguhnya wanita yang paling besar berkahnya ialah yang paling bagus wajahnya dan paling sedikit maskawinnya. (Abu Umar, At-Tauqani dalam kitab mu’asyarah al-ahliin).

Sesungguhnya diantara berkah wanita adalah kemudahan meminangnya, kemudahan maskawinnya dan kemudahan rahimnya. (Ahmad)

Sebaik-baik wanita adalah yang bagus wajahnya dan murah maskawinnya. (Ibnu Hibban)

Sebagai umat Islam, kita diperbolehkan menjaga tradisi. Sebagai bagian dari usaha melestarikan budaya bangsa. Sebagaimana hal yang dilakukan oleh Sunan dikenal dengan Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga. Juga memanfaatkan tradisi dalam menjalankan dakwahnya. Tentunya setelah disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Budaya jujuran pada kenyataannya seringkali mempersulit jalan menuju pernikahan. Sementara Islam justru menganjurkan untuk mempermudah. Sebagaimana yang diriwayatkan
Abu Daud dan At-Tirmidzi :
Dan apabila datang kepadamu orang yang kamu rela akan agama dan amanahnya, maka nikahkanlah ia, jika tidak kamu lakukan, maka akan terjadi bencana di bumi dan kerusakan yang besar.

Sebagai umat Islam, sudah sewajarnya kita lebih mengutamakan apa yang diajarkan Rasulullah daripada berusaha mempertahankan adat dan budaya. Apalagi jika alasan dalam mempertahankan adat dan budaya tersebut hanya dikarenakan faktor gengsi atau karena takut malu di mata masyarakat. Wallaahu'alam.

Butuh Hiburan ?

Bioskop 21 :
Studio 21, Pakuwon Trade Center Lt.1 -> Telp 7390221
Tunjungan 21, Plasa Tunjungan 3 - > Telp 5472041
Galaxi Mall 21, Galaxi Mall Lt. 3-> Telp 5937121
Mitra 21, JL. Gubernur Suryo 15 -> Telp 5456804
Delta 21, Delta Plasa/Surabaya Plasa Lt. 4

Pub & Cafe :
Kowlon Palace Internasional -> Delta Plasa/Plasa Surabaya Lt. 5
Station Discotheque -> Tunjungan Plasa
Coyote/T-Ten Club -> Tunjungan Plasa
Vertical Six -> JW Marriot Hotel
Hugo’s Cafe -> Hotel Sheraton
RedBoxx -> Pakuwon Trade Center
Desperados -> Hotel Shangri-la
Kantor Club -> Jl Semut Kali
Triple 7 -> Komplex Darmo Park 2
Coyote/T-Ten Club -> Tunjungan Plasa

Tempat hangout lainnya :
Cafe house of Sampoerna -> Jl. Sampurna
Coffee “C” -> Wisma Dharmala
StarBucks -> Tunjungan Plasa
The “X” -> Pakuwon Trade Center
Coffee Bean -> Tunjungan Plasa
Excelso -> Tunjungan Plasa, Delta Plasa, Pakuwon Trade Center
Drago La Braseerie in Town - > MEX
Posh Pool n Lounge -> MEX

Info ini disadur dari : Blognya Jerry

Arek Komputer, Kok ...

Beberapa hari lalu, setelah selesai sholat subuh, sengaja meluangkan waktu untuk blogwalking, jalan-jalan dari blog ke blog. Tanpa sengaja ketemu teman lama yang mungkin sudah tidak ada bayangan bakal ketemu lagi. Hebatnya internet, nggak bisa ketemu di dunia nyata, masih bisa ketemu di dunia maya.

Hebatnya lagi, yang bersangkutan juga mencantumkan YM status di blognya, sehingga saya langsung tahu kalau dia sedang online juga. Langsung deh, invite.

Akhirnya ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon via YM, sampai juga pada acara promosi blog saya.

Setelah beberapa saat, dan fajar sudah makin menyingsing, akhirnya sampailah saat untuk berpisah. Untuk kembali ke kesibukan masing-masing.

Hari ini, setelah sampai di rumah setelah seharian beraktivitas, buka-buka email yang sebenarnya selalu terdownload setiap saat ke mailbox di komputer saya, ketemu dengan email teman lama saya tersebut.

Isinya singkat, dan menggunakan bahasa jawa suroboyoan ...
Arek Komputer, Kok Nggak Ono Bahasan Komputere Blas Nang Blog'e

Hehehe. Demikianlah adanya. Memang blog saya ini sengaja saya gunakan untuk semaksimal mungkin tidak membahas tetek bengek komputer sama sekali. Saya ingin mencurahkan hal-hal di luar dunia komputer yang setiap hari sudah membebani pikiran dan perhatian. Jadi, di topiknya pun tidak ada sama sekali yang mencantumkan komputer dan dunianya.

Untuk masalah sharing tentang dunia perkomputeran, mungkin akan saya buat blog lagi yang lain. Tapi mau diisi dengan apa ya ???

Sunday, September 23, 2007

Stoner, Juara Baru MotoGP

Australia, bersorak gembira siang ini. Salah satu warganya telah mencatatkan sejarah setelah berhasil menjadi Juara Dunia MotoGP pada balapan yang berlangsung di Motegi, Jepang.

Casey Stoner. Di tahun ke dua-nya di kelas MotoGP, sudah mampu mengantarnya untuk menjadi jawara baru, memupuskan harapan The Doctor, yang ingin kembali merebut juara, setelah musim 2006 direbut oleh Nicky Hayden dari tim Honda.

Walau masih tersisa 3 seri lagi, namun 87 angka mustahil dikejar oleh The Doctor. Stoner juga tercatat sebagai juara termuda kedua setelah Freddie Spencer, pembalap US yang memenangi MotoGP tahun 1983.

Ducati juga tinggal menunggu waktu untuk menjadi juara konstruktor. Desmosedici DP7 800cc yang dipercayakan pada Stoner telah mengantarkan pembalap Australia tersebut menjadi jawara. GP7 800cc + Stoner memang sangat menakutkan pada musim 2007 ini.

Yang tidak kalah membahagiakan adalah seri berikutnya akan berlangsung di Philip Island, Australia. Itu berarti Stoner akan berlaga di depan publiknya sendiri dengan titel sebagai Jawara Baru MotoGP.

Selamat, Stoner.

1985 - Casey Stoner lahir pada 18 Oktober di Gold Coast, Australia.
1989 - Umur 4 tahun, kali pertama ikut balap dirt track di Gold Coast.
1994 - Meraih kemenangan pertama. Antara usia 9 sampai 14 tahun, Stoner memenangi 41 gelar dirt dan long track, plus 70 gelar negara bagian Queensland.
1997 - Usia 12 tahun. Dalam satu weekend, Stoner memenangi 32 dari 35 lomba, meraih lima gelar nasional sekaligus.
2000 - Orang tua Stoner, Colin dan Bronwyn, mengajaknya boyongan ke Inggris. Supaya Stoner bisa segera ikut road racing. Di Australia, usia minimum ikut serta adalah 16. Di Inggris, umur 14 sudah boleh ikut.
2000 - Juara Aprilia Championship 125 cc di Inggris. Sampai 2002, mengikuti kejuaraan 125 cc di Inggris dan Spanyol.
2002 - Terjun kejuaraan dunia 250 cc bersama Aprilia dan tim Lucio Cecchinello. Hasil tidak memuaskan. Ikut 15 start tanpa sekalipun naik podium.
2003 - Turun ke kelas 125 cc, masih bersama Aprilia dan Cecchinello. Meraih kemenangan pertama, finis di urutan 8 klasemen.
2004 - Gabung Red Bull KTM di kelas 125 cc. Menang lagi sekali, finis di urutan 5 klasemen.
2005 - Naik lagi ke kelas 250 cc bersama Aprilia dan Cecchinello. Menang lima kali, finis kedua di klasemen, di belakang Dani Pedrosa.
2006 - Naik ke MotoGP, masih bersama Cecchinello, mengendarai Honda RC211V. Meraih pole position pada lomba kedua, meraih runner-up di GP Turki. Sayang banyak terjatuh, finis di urutan 8 klasemen.
2007 - Gabung Ducati Marlboro. Meraih 8 kemenangan dari 15 lomba. Mengunci gelar juara dunia di Motegi, Jepang, dengan tiga lomba masih tersisa. Telah memperpanjang kontrak bersama Ducati hingga akhir 2009, plus opsi untuk 2010.

The Special One, Kini Tlah Pergi

Sebagai penggemar sepak bola, tentu punya team yang didukung di masing-masing liga Eropa. Khususnya Inggris, Italia, dan Spanyol. Tiga liga tersebut memang secara rutin ditayangkan oleh TV lokal, sehingga cukup merakyat. Khusus untuk Inggris mungkin sudah nggak merakyat lagi, karena sekarang sudah dikuasai tayangannya oleh ASTOR eh ASTRO. Walau beberapa siaran tertentu juga sudah ditayangkan di LaTIVI.

Nah, bicara tentang liga Inggris, atau dikenal juga dengan English Premiere League (EPL), Chelsea adalah merupakan team yang saya dukung. Sudah lama sih, namun menjadi makin saya dukung sejak tahun 2004. Ketika itu seorang yang tampak cukup arogan, sombong, namun punya karakter mulai menukangi tim yang baru saja dibeli oleh taipan minyak Rusia, Roman Abrahamovic. Manager tersebut tidak lain adalah Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal, yang baru saja berhasil membawa Porto menjuarai Liga Champion.

Ketika datang, dia sudah menjuluki The Special One pada dirinya sendiri. Berbagai cerita telah dilahirkannya. Banyak manager tim lain yang sudah merasakan sulitnya menghadapi Mourinho ini. Baik di lapangan hijau, maupun di luar lapangan. Tindakannya yang sering kali kontroversial mampu mengisi koran-koran di jagat dunia ini.

Namun setelah beberapa tahun menukangi Chelsea, setelah 2 kali mempersembahkan gelar juara liga Inggris, serta beberapa piala lainnya, kini Sang Manager tersebut telah mengundurkan diri.

Kaget, bercampur setengah tidak percaya begitu membaca berita tersebut. Namun apa mau di kata, kini The Special One telah pergi meninggalkan Chelsea yang akhir minggunya harus berjibaku melawan The Red Devil. Salah satu musuh bebuyutannya yang mengaku kesulitan mengalahkan Chelsea ketika Mourinho masih ada di tepi lapangan untuk mengatur jalannya serangan Chelsea.

Good Bye Mourinho. Semoga bertemu di tim Italia atau Jerman, seperti yang engkau katakan, ketika ditanya kemana engkau akan pergi.

Awas, Udara di kawasan Monkasel tercemar oleh Free WiFi

Kalau biasanya warning tentang pencemaran udara membuat kita ngenes, namun tidak demikian adanya dengan pencemaran udara yang berada di kawasan Monkasel, alias Monumen Kapal Selam Surabaya. Sebuah monumen yang dibuat dari kapal selam asli, berada di sebelah parkir timur Plasa Surabaya.

Jika kita melintas melalui jalan di seberang monumen kapal selam tersebut, tentu akan dengan mudah kita temukan sebuah spanduk yang memberitahukan tentang adanya polusi udara di kawasan tersebut. Namun yang mencemari adalah WIFI. Persis seperti tulisan yang terpampang di spanduk tersebut.

"Awas udara di monumen kapal selam ini mengandung Free WIFI", demikian bunyi spanduk tersebut.

Adalah TELKOM dengan SPEEDY-nya yang memberikan layanan free WIFI di kawasan tersebut. Saya sendiri belum mencoba seberapa cepat jaringan internet di sana. Namun jika mengacu pada yang ada di taman bungkul - Jl. Darmo, tentu cukup lumayan (tidak mengecewakan, red).

Sunday, September 16, 2007

Shollu, Program Waktu Sholat Yang Ciamik

Bila kita bicara tentang program waktu sholat, atau juga disebut Prayer Times, mungkin jumlahnya sudah sedemikian banyak di dunia ini. Mulai dari yang berbayar hingga yang gratis, tis, tis.

Namun, bila kita kecilkan lingkupnya, menjadi program berbahasa Indonesia, jumlah tersebut langsung berkurang drastis. Memang tidak banyak program-program seperti itu yang berbahasa Indonesia.

Nah, salah satu program waktu sholat yang saya temukan adalah Shollu. Hingga saat ini sudah mencapai versi 3.07.2. Program ini gratis. Bahkan oleh pembuatnya diperkenankan disebarluaskan tanpa ijin, asalkan :
  1. Tidak merubah keaslian software ini, baik dengan cara cracking, reserve engineering, dan cara-cara lainnya.
  2. Hak cipta ( copyright ) tetap ada pada penulis.
  3. Tidak menambah atau mengurangi keterangan dalam distribusi.
  4. Bukan untuk tujuan komersial.
Salah satu keuntungan yang kita dapatkan adalah banyak data kota di seluruh Indonesia. Selain itu juga makin mudah digunakan oleh orang awam sekalipun karena memang menggunakan bahasa Indonesia.

Dengan mengunakan program-program prayer times (waktu sholat) di komputer kita, maka diharapkan mampu memacu kita untuk sholat tepat waktu.

Bila tertarik dengan program shollu ini, dapat langsung akses di sini.





Friday, September 14, 2007

Harta Karun untuk Semua

Harta Karun untuk Semua
oleh Dewi Lestari

Hari ini kiriman buku yang saya pesan dari Amazon.com datang. Ada satu buku yang langsung saya sambar dan baca seketika. Judulnya: "Stuff - The Secret Lives of Everyday Things". Buku itu tipis, hanya 86 halaman, tapi informasi di dalamnya bercerita tentang perjalanan ribuan mil dari mana barang-barang kita berasal dan ke mana barang-barang kita berakhir.

Dimulai sejak SD, saat saya pertama kali tahu bahwa plastik memakan waktu ratusan tahun untuk musnah, saya sering merenung: orang gila mana yang mencipta sesuatu yang tak musnah ratusan tahun tapi masa penggunaannya hanya dalam skala jam-bahkan detik? Bungkus permen yang hanya bertahan sepuluh detik di tangan, lalu masuk tong sampah, ditimbun di tanah dan baru hancur setelah si pemakan permen menjadi fosil.

Sukar membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa plastik, tanpa cat, tanpa deterjen, tanpa karet, tanpa mesin, tanpa bensin, tanpa fashion. Dan sebagai konsumen dalam sistem perdagangan modern, sejak kita lahir rantai pengetahuan tentang awal dan akhir dari segala sesuatu yang kita konsumsi telah diputus. Kita tidak tahu dan tidak dilatih untuk mau tahu ke mana kemasan styrofoam yang membungkus nasi rames kita pergi, berapa banyak pohon yang ditebang untuk koran yang kita baca setengah jam saja, beban polutan yang diemban baju-baju semusim yang kita beli membabi-buta.

Untuk aktivitas harian yang kita lewatkan tanpa berpikir, yang terasa wajar-wajar saja, pernahkah kita berhitung bahwa untuk hidup 24 jam kita bisa menghabiskan sumber daya Bumi ini berkali-kali lipat berat tubuh kita sendiri?

Untuk menyiram 200 cc air kencing, kita memakai 3 liter air. Untuk mencuci secangkir kopi, kita butuh air sebaskom. Untuk memproduksi satu lapis daging burger yang mengenyangkan perut setengah hari dibutuhkan sekitar 2,400 liter air. Produksi satu set PC seberat 24 kg yang parkir di atas meja kerja kita menghasilkan 62 kg limbah, memakai 27,594 liter air, dan mengonsumsi listrik 2,300 kwh. Bagaimana dengan chip kecil yang bekerja di dalamnya? Limbah yang dihasilkan untuk memproduksinya 4,500 kali lipat lebih berat daripada berat chip itu sendiri.

Mengetahui mata rantai tersembunyi ini bisa menimbulkan berbagai reaksi. Kita bisa frustrasi karena terjepit dalam ketergantungan gaya hidup yang tak bisa dikompromi, kita bisa juga semakin apatis karena tidak mau pusing. Yang jelas, sesungguhnya ini adalah pengetahuan yang sudah saatnya dibuka. Pelajaran Ilmu Alam, selain belajar penampang daun dan membedah jantung katak, dapat dibuat lebih empiris dengan mempelajari hulu dan hilir dari benda-benda yang kita konsumsi, sehingga tanggung jawab akan alam ini telah disosialisasikan sejak kecil.

Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki gedung FO empat lantai, Pasar Baru, atau berjalan-jalan ke Gasibu pada hari Minggu di mana ada lautan PKL: tidakkah semua baju dan barang-barang itu mampu memenuhi kecukupan penduduk satu kota ? Tapi kenapa barang-barang ini tidak ada habisnya diproduksi? Setiap hari selalu ada jubelan pakaian baru yang menggelontori pasar. Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki hypermarket dan melihat ratusan macam biskuit, ratusan varian mie instan, dan ratusan merk sabun: haruskah kita memiliki pilihan sebanyak itu?

Pernahkah kita merenung, apa yang kita inginkan sesungguhnya jauh melebihi apa yang kita butuhkan?

Atas nama kecukupan, satu manusia bisa hidup dengan lima pasang baju dalam setahun, bahkan lebih. Atas nama fashion, jumlah itu menjadi tidak berbatas. Atas nama kebutuhan, satu manusia bisa hidup dengan beberapapilihan panganan dalam sehari. Atas nama selera dan nafsu, seisi Bumi tidak akan sanggup memenuhi keinginan satu manusia.

Permasalahan ini memang bisa dilihat dari berbagai kaca mata. Seorang ekonom mungkin akan menyalahkan sistem kapitalisme dan globalisasi. Seorang sosialis akan mengatakan ini masalah distribusi dan pemerataan. Tapi jika kita runut, satu demi satu, bahwa Bumi adalah kumpulan negara, negara adalah kumpulan kelompok, dan kelompok adalah kumpulan individu, permasalahan ini akan kembali ke pangkuan kita. Dan kesadaran serta kemauan kitalah yang pada akhirnya akan memungkinkan sebuah perubahan sejati.

Belum pernah dalam sejarah kemanusiaan keputusan harian kita menjadi sangat menentukan. Tidak perlu menunggu Amerika menyepakati protocol Kyoto, tidak perlu juga menunggu penjarah hutan tertangkap, setiap langkah kita-memilih merk, kuantitas, tempat, gaya hidup-adalah pilihan politis dan ekologis yang menentukan masa depan seisi Bumi.

Saya belum bisa mengorbankan komputer karena itulah instrumen saya bekerja, tapi saya bisa lebih awas dengan jam penggunaan dan mematikannya jika tidak perlu. Saya belum bisa mengorbankan kebutuhan akan informasi, tapi saya bisa memilih membaca berita lewat internet atau membaca koran di tempat publik ketimbang berlangganan langsung.
Bagaimana dengan fashion? Di dunia citra ini, dengan profesi yang mengharuskan banyak tampil di muka publik, saya pun belum bisa mengorbankan keperluan fashion (baca: membeli busana lebih sering dari yang dibutuhkan), tapi saya bisa membuat komitmen dengan lemari pakaian, yakni baju yang saya miliki tidak boleh melebihi kapasitas lemari saya. Jika lebih, maka harus ada yang keluar. Dan setiap beberapa bulan saya dihadapkan pada kenyataan bahwa ada baju yang tidak saya pakai setahun lebih atau baju yang cuma sekali dipakai dan tak pernah lagi. Bukan cuma baju, ada juga buku, pernik rumah, alat dapur, bahkan sabun dan sampo yang utuh tak disentuh.

Alhasil, dalam rumah saya ada semacam peti-peti 'harta karun', yang berisikan barang-barang yang harus keluar dari peredaran, karena jika dipertahankan hanya menjadi kelebihan tanpa lagi unsur manfaat. Harta karun ini lantas harus dicarikan lagi outlet untuk penyaluran.

Pada waktu perayaan 17 Agustus, di kompleks saya diselenggarakan bazaar. Para warga menyewa stand untuk berjualan. Saya ikut berpartisipasi, dan sayalah satu-satunya penjual barang bekas di antara penjual barang-baru baru. Karena bukan demi cari untung, barang-barang itu saya lepas dengan harga sangat murah. Yang membeli bukan cuma warga kompleks, tapi juga dari kampung sekitar. Hari pertama, saya sudah kehabisan dagangan. Terpaksa saya mengontak saudara-saudara saya yang barangkali juga punya barang bekas untuk disalurkan. Sama dengan saya, mereka pun punya timbunan harta karun yang entah harus diapakan. Stand saya menjadi salah satu stand paling laris selama bazaar berlangsung. Dan kakak saya terkaget-kaget dengan penghasilan yang ia dapat dari tumpukan barang yang sudah dianggap sampah.

Berjualan di bazaar tentu bukan satu-satunya jalan, ada aneka cara kreatif lain untuk memanfaatkan harta karun kita, termasuk juga disumbangkan ..
Namun yang lebih sukar adalah memulai membuat komitmen-komitmen pembatasan diri.
Berkomitmen dengan rak buku, dengan lemari pakaian, dengan rak kamar mandi, dengan laci dapur, dan pada intinya... dengan diri sendiri. Siapkah kita menentukan batasan dan berjalan dalam koridor itu?

Dan, yang lebih susah lagi, adalah pengendalian diri dari awal bersua aneka pilihan yang membombardir kita setiap hari, lalu sadar dan mawas akan rantai sebab-akibat yang menyertai pilihan kita. Membuka diri untuk info dan pengetahuan ekologi adalah salah satu cara pembekalan yang baik.
Walaupun sekilas tampak merepotkan dan bikin frustrasi, tapi kantong kresek yang kita buang tadi pagi tidak akan hilang oleh sihir, dan hamburger yang kita makan tidak dipetik
dari pohon. Rantai yang menyertai barang-barang itu tidak akan hilang hanya karena kita menolak tahu.

Banyak orang yang berkomentar pada saya, " Aduh , Wi . Kamu bikin hidup tambah susah saja." Dan mereka benar. Hidup ini tak mudah. Untuk itu kita justru harus belajar menghargai setiap jengkalnya. Memilih hidup yang lebih sederhana, hidup dengan tempo yang lebih pelan, hidup dengan pengasahan kesadaran, tak hanya membantu kita lebih eling dan terkendali, tapi juga membantu Bumi ini dan jutaan manusia yang dijadikan alas kaki oleh industri demi pemenuhan nafsu konsumsi kita sendiri.

Lingkaran setan? Ya. Tapi tidak berarti kita tak sanggup berubah.

Selama ini kita adalah pembeli yang berlari. Dalam kecepatan tinggi kita bertransaksi, sabet sana sabet sini, tanpa tahu lagi apa yang sesungguhnya kita cari.

Berhentilah sejenak. Marilah kita berjalan.

Thursday, September 13, 2007

Touring dan Suka Dukanya

Mengendarai sepeda motor dengan rute yang relatif jauh, 100 km ke atas misalnya, memang merupakan sensasi yang saya senangi. Jauh lebih menarik daripada harus nyupir mobil dengan jarak lebih dari 500km. Atau ketika saya harus nyetir tanpa pengganti Surabaya - Jakarta.

Walau jarang saya lakukan, biasanya 2 bulan sekali baru melakukannya lagi, namun keinginan untuk melakukan itu selalu ada.

Menembus angin dengan kecepatan di atas 100km/jam bahkan hingga 140km/jam memang merupakan sensasi yang menyenangkan. Apalagi jika rutenya agak berkelok-kelok. Di istilah balapan di sebut dengan tikungan cepat. Walau dengan mobil kecepatan 150km/jam adalah hal yang biasa. Namun dengan menggunakan motor, hantaman angin menjadi sedemikian terasa.

Memang adakalanya kenikmatan itu sering kali berakhir menjadi emosional ketika selama dalam perjalanan berinteraksi dengan pengendara-pengendara yang tidak memiliki rasa toleransi. Terutama pengendara kendaraan besar. Tentu saja yang paling utama saya tuding adalah pengendara BIS. Umumnya mereka seringkali menganggap remeh hak pengendara sepeda motor. Ketika mendahului kendaraan lain, sepeda motor yang melaju dari arah yang berlawanan seringkali dianggap tidak ada. Sehingga dengan terpaksa pengendara motor tersebut harus rela mengurangi kecepatan secara drastis dan harus keluar dari area jalan.

Saya sendiri sering terpancing dengan kondisi ini. Bahkan pernah pula saya harus mengambil batu kecil di jalan. Untuk selanjutnya saya lemparkan ke arah kaca bis yang membuat saya harus keluar dari jalan raya.

Selain bis, pernah juga sebuah mobil niaga menjadi korban. Batu yang semula saya persiapkan untuk bis, akhirnya harus melayang ke kaca depan mobil tersebut. Saya kurang tahu apakah hingga membuat pecah kacanya atau tidak. Karena memang saya tidak perduli.

Bagi saya sendiri menggunakan jalan raya memang harus saling menghormati dan bertanggung jawab. Walau saya mampu memacu kendaraan dengan kecepatan yang relatif tinggi di jalan yang lengang, namun jika itu adalah merupakan area yang dihuni oleh penduduk, tentu saya tidak akan melakukannya. Tentu saja dengan alasan keselamatan saya sendiri. Bayangkan bila ketika saya melaju di atas 100km/jam ternyata tiba-tiba ada penduduk menggunakan sepeda angin muncul secara tiba-tiba. Tentu malapetaka yang mungkin akan terjadi.

Kebiasaan saya, perjalanan yang relatif jauh selalu saya mulai sejak pagi-pagi benar. Biasanya jam 5 pagi sudah keluar dari rumah. Sehingga saya bisa menikmati suasana pagi yang sejuk ketika sudah di luar kota.

Seperti yang saya lakukan ketika perjalanan ke Jember baru-baru ini. Jam setengah enam, saya sudah berangkat. Sekitar jam 7-an saya sudah mencapai Probolinggo. Perjalanan Probolinggo ke Jember inilah yang memberi kenikmatan. Jalan yang relatif sepi, berkelok-kelok, udara dataran tinggi yang menyusup melalui pakaian yang saya kenakan. Sungguh sensasi yang luar biasa.

Walau mampu memacu sepeda motor di atas 140km per jam, ternyata rata-rata kecepatan cuma 60km/jam saja. Terbukti perjalanan Surabaya - Jember, 200km, harus saya tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Atau Surabaya - Bojonegoro, 100km, harus saya tempuh selama 2 jam kurang seperempat.

Bagi rekan-rekan lain yang belum pernah mengendarai motor untuk jarak yang relatif jauh, mungkin perlu juga mencobanya. Selama kita mengendarai dengan aman, sepeda motor juga sudah kita periksa segala sesuatunya, serta berkendara sesuai dengan kemampuan, saya jamin akan menemukan sensasi yang tak terlupakan.

Wednesday, September 12, 2007

Akhirnya Mulai Puasa Bersama

Ramadhan 1428H akhirnya dimulai pada hari yang sama di Indonesia. Yaitu Kamis, 13 September 2007. Walau tetap saja tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa kelompok tertentu yang memiliki perbedaan tentang ini.

Adalah mantan rektor ITS, pak Nuh, yang memiliki ide cemerlang untuk memanfaatkan TIK sebagai salah satu usaha dalam rangka menyamakan persepsi tentang dimulainya bulan Ramadhan.

Hilal merupakan awal masuknya bulan baru pada kalender qomariyah (bulan), termasuk kalender Hijriah. Banyak kegiatan penting ke-Islam-an mengambil dasar posisi Bulan di langit, seperti Tahun Baru Hijriah, awal shaum Ramadlan, dan Hari Raya ‘Idul Fitri dan Idul ‘Adha. Dengan demikian dipandang penting untuk menyebarluaskan informasi awal bulan baru yang ditandai oleh tampakan hilal.

Nah, dengan TIK hilal yang dipantau dapat langsung dipancarluaskan melalui salah satu stasiun TV swasta dan juga melalui situs web Departemen Agama.

Melalui tayangan langsung ini masyarakat luas dapat langsung ikut menyaksikan hilal dan memahami fenomena alam yang terkait. Sehingga tidak ada lagi perbedaan dalam penentuan tentang hilal ini.

Sebelumnya, hilal dilihat di berbagai tempat oleh para ahli. Selanjutnya para ahli tersebut disumpah. Selanjutnya hasilnya diputuskan dan disebarluaskan. Namun cara itu mungkin sudah saatnya ditinggalkan. Karena hilal yang dilihat dengan perangkat teropong digital, dapat langsung dipancarluaskan. Dan masyarakat pun dengan mudah mengikutinya bersama-sama.

Semoga hal seperti ini akan terulang kembali ketika menentukan Hari Raya bulan depan.

Perbedaan memang rahmat, namun jika perbedaan tentang sesuatu yang sudah jelas aturannya di Al-Quran dan Hadits, tentu bukan hal yang layak untuk dipertahankan.

Saturday, September 08, 2007

Ucapkan Terima Kasih pada Mereka

Karya-karya mereka bahkan ada yang kita gunakan tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Mereka adalah benar-benar para penemu Indonesia yang mampu mengharumkan nama negara.

Lebih detail tentang mereka, bisa klik di sini.