Ramadhan 1428H akhirnya dimulai pada hari yang sama di Indonesia. Yaitu Kamis, 13 September 2007. Walau tetap saja tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa kelompok tertentu yang memiliki perbedaan tentang ini.
Adalah mantan rektor ITS, pak Nuh, yang memiliki ide cemerlang untuk memanfaatkan TIK sebagai salah satu usaha dalam rangka menyamakan persepsi tentang dimulainya bulan Ramadhan.
Hilal merupakan awal masuknya bulan baru pada kalender qomariyah (bulan), termasuk kalender Hijriah. Banyak kegiatan penting ke-Islam-an mengambil dasar posisi Bulan di langit, seperti Tahun Baru Hijriah, awal shaum Ramadlan, dan Hari Raya ‘Idul Fitri dan Idul ‘Adha. Dengan demikian dipandang penting untuk menyebarluaskan informasi awal bulan baru yang ditandai oleh tampakan hilal.
Nah, dengan TIK hilal yang dipantau dapat langsung dipancarluaskan melalui salah satu stasiun TV swasta dan juga melalui situs web Departemen Agama.
Melalui tayangan langsung ini masyarakat luas dapat langsung ikut menyaksikan hilal dan memahami fenomena alam yang terkait. Sehingga tidak ada lagi perbedaan dalam penentuan tentang hilal ini.
Sebelumnya, hilal dilihat di berbagai tempat oleh para ahli. Selanjutnya para ahli tersebut disumpah. Selanjutnya hasilnya diputuskan dan disebarluaskan. Namun cara itu mungkin sudah saatnya ditinggalkan. Karena hilal yang dilihat dengan perangkat teropong digital, dapat langsung dipancarluaskan. Dan masyarakat pun dengan mudah mengikutinya bersama-sama.
Semoga hal seperti ini akan terulang kembali ketika menentukan Hari Raya bulan depan.
Perbedaan memang rahmat, namun jika perbedaan tentang sesuatu yang sudah jelas aturannya di Al-Quran dan Hadits, tentu bukan hal yang layak untuk dipertahankan.
Adalah mantan rektor ITS, pak Nuh, yang memiliki ide cemerlang untuk memanfaatkan TIK sebagai salah satu usaha dalam rangka menyamakan persepsi tentang dimulainya bulan Ramadhan.
Hilal merupakan awal masuknya bulan baru pada kalender qomariyah (bulan), termasuk kalender Hijriah. Banyak kegiatan penting ke-Islam-an mengambil dasar posisi Bulan di langit, seperti Tahun Baru Hijriah, awal shaum Ramadlan, dan Hari Raya ‘Idul Fitri dan Idul ‘Adha. Dengan demikian dipandang penting untuk menyebarluaskan informasi awal bulan baru yang ditandai oleh tampakan hilal.
Nah, dengan TIK hilal yang dipantau dapat langsung dipancarluaskan melalui salah satu stasiun TV swasta dan juga melalui situs web Departemen Agama.
Melalui tayangan langsung ini masyarakat luas dapat langsung ikut menyaksikan hilal dan memahami fenomena alam yang terkait. Sehingga tidak ada lagi perbedaan dalam penentuan tentang hilal ini.
Sebelumnya, hilal dilihat di berbagai tempat oleh para ahli. Selanjutnya para ahli tersebut disumpah. Selanjutnya hasilnya diputuskan dan disebarluaskan. Namun cara itu mungkin sudah saatnya ditinggalkan. Karena hilal yang dilihat dengan perangkat teropong digital, dapat langsung dipancarluaskan. Dan masyarakat pun dengan mudah mengikutinya bersama-sama.
Semoga hal seperti ini akan terulang kembali ketika menentukan Hari Raya bulan depan.
Perbedaan memang rahmat, namun jika perbedaan tentang sesuatu yang sudah jelas aturannya di Al-Quran dan Hadits, tentu bukan hal yang layak untuk dipertahankan.
No comments:
Post a Comment