Saturday, November 03, 2007

Klavikula-ku : Patah

Selasa pagi, 30 Oktober 2007, baru saja pulang dari Jember. Setelah mandi pagi dan sarapan telur + mi goreng, segera saja saya menuju ke arah Rungkut. Melewati jalan Jemur Sari. Jemur Sari pagi itu tergolong sepi, sehingga jalan yang panjang, lebar, dan relatif mulus itu membuat saya memacu Pio saya melebihi 100 km/j.

Beberapa saat setelah saya berhasil mendahului sebuah mobil Carry (atau sejenisnya, kurang jelas soalnya), tiba-tiba saya merasa ban depan berjoget. Saya perhatikan ternyata ban depan kempes. Dengan segenap usaha, saya berusaha mengontrol jalannya Pio. Rem, lepas, rem, lepas. Sambil oleng-oleng, kaki kiri dan kanan bergantian menjejakkan kaki agar posisi Pio tetap berdiri sambil mengurangi kecepatan.

Hingga kecepatan mendekati 40 km/jam, tiba-tiba mobil Carry yang saya dahului tiba-tiba sudah berada di sebelah kiri saya. Dan Pio dan Carry pun bersenggolan. Keseimbangan Pio sudah benar-benar tidak bisa saya kendalikan lagi. Sehingga saya terlempar ke kanan. Untung saja tidak ada aktor lain di jalan pada saat tersebut. Sehingga kecelakaan yang lebih tidak diinginkan tidak terjadi.

Saya berusaha bergulung-gulung meminimalisasi efek terjatuh. Namun sayang, tas ransel yang saya bawa, yang kebetulan memang cukup berat, tidak bisa diajak kompromi. Serasa tas tersebut membetot pundak saya.

Begitu bergulung2, tiba-tiba saya sudah berdiri lagi. Entah bagaimana caranya saya bisa langsung berdiri, sebagaimana beberapa kejadian kecelakaan sebelumnya. Mungkin karena faktor refleks yang pernah saya dapatkan dari mengikuti beladiri sejak kecil. Wallaahualam.

Saya berusaha mendirikan Pio saya yang terguling, namun ternyata agak susah juga. Beruntung dengan bantuan beberapa orang yang turut berhenti di sekitar saya, akhirnya Pio itu bisa juga berdiri.

Selanjutnya saya segera mengeluarkan notebook dari ransel saya. Saya hidupkan, ternyata Axioo saya itu masih bisa bekerja dengan normal. Walau kondisinya cukup menghawatirkan. Hebat juga nih produk.

Setelah mengamati kondisi bagian depan Pio yang ternyata tidak terlalu memprihatinkan, bahkan setirnya sama sekali tetap center, membuat hati agak lega. Salah satu penolong saya yang berumur 40 tahunan, bernama Bapak Syaiful berkenan memberikan bantuan secara optimal. Bahkan beliau pula yang mengurus proses pergantian ban depan saya tersebut entah di mana. Sementara adiknya menemani saya, di saat para penolong lain sudah mulai meninggalkan saya untuk menuju tujuannya masing-masing.

Saat itulah saya mulai merasakan ada yang tidak beres dengan tulang klavikula saya. Ada tonjolan di area tersebut. Begitu saya tunjukkan pada pak Syaiful dan adiknya, sambil mengolesi luka "babras" di lutut saya dengan betadine yang entah dia dapatkan dari mana, pak Syaiful menawarkan diri untuk mengantar saya ke Rumah Sakit terdekat. Sungguh mulia mereka, mudah-mudahan Allah membalas kebaikan mereka.

Setelah motor saya berhasil diganti ban dalam depannya, maka pak Syaiful pun menyampaikan pula bahwa motor saya masih bisa dinaiki sambil lepas tangan. Alhamdulillah, dengan jatuh seperti itu, Pio masih sehat-sehat saja. Hanya spidometernya saja yang hancur. Namun meteran kecepatan, kilometer, odometer, dan meter bensin masih bekerja. Hanya meter RPM saja yang sudah tidak berfungsi lagi.

Saya pun menawarkan diri untuk mencoba sendiri motor saya. Apabila berhasil, maka saya akan pulang sendiri. Ternyata, saya pun berhasil. Akhirnya Pio saya kendarai secara perlahan pulang ke rumah saya di Kertajaya.

Sesampai di rumah, saya langsung menghidupkan kembali notebook saya untuk memeriksa seberapa parah akibat kecelakaan tersebut. Modem 3G, mouse wireless, semua masih berfungsi dengan baik. Bahkan DVD RW yang kondisi fisiknya cukup menghawatirkan, juga masih bisa berfungsi dengan baik.

Lalu saya memutuskan untuk tidur sambil menenangkan diri.

Sekitar jam 1 siang saya terbangun. Ada rasa ngilu yang amat sangat di area klavikula saya. Saya mencoba melepas baju. Berhasil. Selanjutnya, saya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk melepas kaos dalam saya. Sangat sakit rasa yang diakibatkan. Dalam hati saya semakin yang kalau saya mengalami patah tulang. Tidak sekedar retak atau dislokasi.

Setelah mandi dan sholat dhuhur, saya bergegas membawa Pio ke dealer Yamaha di Jalan Basuki Rahmat. Setelah berkonsultasi dengan salah seorang mekanik yang memang sudah saya kenal baik, saya memutuskan untuk pulang ke rumah Orang Tua di Gresik dengan menggunakan kendaraan umum.

Sesampai di rumah Orang Tua, saya segera diantar ke Rumah Sakit terdekat melakukan foto rontgen untuk mengetahui seberapa parah kondisi tulang klavikula saya tersebut. Dari hasil foto, terbukti sudah. Tulang klavikula saya patah. Oh, my God.

No comments: