Walau sudah tak terhitung berapa kali saya menggunakan moda transportasi udara untuk perpindahan antar kota. Namun baru kemarin (12 Februari 2007) saya baru bisa merasakan "enjoy flight" bersama Garuda. Itupun hanya kelas ekonomi.
Dengan harga yang lebih dari 2 kali lipat dari tarif yang diberikan oleh maskapai lainnya, memang membuat saya enggan untuk memilih Garuda. Bagi saya belum saatnya untuk mengeluarkan uang sekian besar untuk sebuah penerbangan dengan tipe pesawat yang sama, jurusan yang sama, area tempat duduk yang lebih lebar sedikit.
Namun, entah mengapa selalu ada keinginan saya untuk menggunakan Garuda pada suatu saat. Dan saat itu datang kemarin dengan rute SUB - CGK. Dengan kode penerbangan GA321 untuk penerbangan pukul 15.00 WIB.
Mungkin karena terbiasa telat, atau mepet-mepet dengan jadual penerbangan. Disebabkan karena molornya aktivitas saya di tempat client di Surabaya, membuat saya harus bersusah payah mengejar waktu agar bisa segera tiba di Juanda secepat mungkin. Namun malang, saya baru sampai di Juanda 35 menit sebelum take off. Beranggapan saya berangkat tanpa barang yang disimpan di bagasi, maka dengan langkah bersemangat (setengah berlari) saya masuk untuk melakukan check in.
Dasar memang tidak pernah naik Garuda, otomatis pintu masuk yang saya tuju adalah pintu masuk Departure Domestik (sebagaimana lazimnya maskapai lainnya). Petugas jaga yang memeriksa, langsung mengarahkan saya untuk masuk melalui pintu Departure Internasional. (Bego banget kan ... Hehehe)
Langsung deh acara jalan cepat semakin dipercepat, walau akhirnya hanya tiba di petugas check in sekitar pukul 14.35. Dan ....
"Maaf pak, untuk penerbangan ini kami sudah closed. Mungkin Bapak bisa mengurus untuk penerbangan selanjutnya. Mudah-mudahan masih bisa. Atau setidaknya masuk waiting list."
(Check in ditutup 30 menit sebelum take off)
Oh my God. Telat. Dengan segala upaya saya merayu petugas tersebut. Namun sayang, petugas itu tidak dapat membantu, karena semuanya diatur oleh sistem komputer. Ini sangat berbeda dengan maskapai lainnya. Karena pada kejadian yang sama, saya masih bisa diterima. Kadang justru lebih mepet.
Akhirnya saya mengurus pemberangkatan berikutnya, dan harus merogoh kocek lagi. Nilai yang disebutkan juga tidak main-main. Seharga tiket maskapai lainnya. Artinya untuk penerbangan kali ini, saya harus mengeluarkan dana 3 kali lebih dari dana yang biasa saya keluar dengan menggunakan maskapai lainnya.
Sesampai di ruang tunggu, saya mencoba masuk ke Longue dengan asumsi sebagai penumpang Garuda seharusnya berhak untuk memanfaatkan layanan ruang tunggu eksklusif tersebut. Ternyata saya tetap diminta menunjukkan EC+, atau credit card lainnya. Nggak ada bedanya dengan pengguna maskapai lainnya ketika ingin memanfaatkan Longue.
Take off seharusnya pukul 16.40. Namun hingga pukul 16.50 panggilan untuk boarding baru terdengar. Dan akhirnya baru bisa take off pada 17.05 WIB. Molor, namun masih bisa ditolelir. Dibandingkan dengan maskapai lainnya yang kadang delay hingga 2 jam.
Ketika dalam perjalanan, kue dibagikan. Dibarengi dengan minuman. Apple juice. Itu yang saya minta. Persis seperti yang saya minta setiap saya terbang dengan maskapai lain jaman dahulu kala.
Demikianlah, akhirnya naik Garuda juga.
Dengan harga yang lebih dari 2 kali lipat dari tarif yang diberikan oleh maskapai lainnya, memang membuat saya enggan untuk memilih Garuda. Bagi saya belum saatnya untuk mengeluarkan uang sekian besar untuk sebuah penerbangan dengan tipe pesawat yang sama, jurusan yang sama, area tempat duduk yang lebih lebar sedikit.
Namun, entah mengapa selalu ada keinginan saya untuk menggunakan Garuda pada suatu saat. Dan saat itu datang kemarin dengan rute SUB - CGK. Dengan kode penerbangan GA321 untuk penerbangan pukul 15.00 WIB.
Mungkin karena terbiasa telat, atau mepet-mepet dengan jadual penerbangan. Disebabkan karena molornya aktivitas saya di tempat client di Surabaya, membuat saya harus bersusah payah mengejar waktu agar bisa segera tiba di Juanda secepat mungkin. Namun malang, saya baru sampai di Juanda 35 menit sebelum take off. Beranggapan saya berangkat tanpa barang yang disimpan di bagasi, maka dengan langkah bersemangat (setengah berlari) saya masuk untuk melakukan check in.
Dasar memang tidak pernah naik Garuda, otomatis pintu masuk yang saya tuju adalah pintu masuk Departure Domestik (sebagaimana lazimnya maskapai lainnya). Petugas jaga yang memeriksa, langsung mengarahkan saya untuk masuk melalui pintu Departure Internasional. (Bego banget kan ... Hehehe)
Langsung deh acara jalan cepat semakin dipercepat, walau akhirnya hanya tiba di petugas check in sekitar pukul 14.35. Dan ....
"Maaf pak, untuk penerbangan ini kami sudah closed. Mungkin Bapak bisa mengurus untuk penerbangan selanjutnya. Mudah-mudahan masih bisa. Atau setidaknya masuk waiting list."
(Check in ditutup 30 menit sebelum take off)
Oh my God. Telat. Dengan segala upaya saya merayu petugas tersebut. Namun sayang, petugas itu tidak dapat membantu, karena semuanya diatur oleh sistem komputer. Ini sangat berbeda dengan maskapai lainnya. Karena pada kejadian yang sama, saya masih bisa diterima. Kadang justru lebih mepet.
Akhirnya saya mengurus pemberangkatan berikutnya, dan harus merogoh kocek lagi. Nilai yang disebutkan juga tidak main-main. Seharga tiket maskapai lainnya. Artinya untuk penerbangan kali ini, saya harus mengeluarkan dana 3 kali lebih dari dana yang biasa saya keluar dengan menggunakan maskapai lainnya.
Sesampai di ruang tunggu, saya mencoba masuk ke Longue dengan asumsi sebagai penumpang Garuda seharusnya berhak untuk memanfaatkan layanan ruang tunggu eksklusif tersebut. Ternyata saya tetap diminta menunjukkan EC+, atau credit card lainnya. Nggak ada bedanya dengan pengguna maskapai lainnya ketika ingin memanfaatkan Longue.
Take off seharusnya pukul 16.40. Namun hingga pukul 16.50 panggilan untuk boarding baru terdengar. Dan akhirnya baru bisa take off pada 17.05 WIB. Molor, namun masih bisa ditolelir. Dibandingkan dengan maskapai lainnya yang kadang delay hingga 2 jam.
Ketika dalam perjalanan, kue dibagikan. Dibarengi dengan minuman. Apple juice. Itu yang saya minta. Persis seperti yang saya minta setiap saya terbang dengan maskapai lain jaman dahulu kala.
Demikianlah, akhirnya naik Garuda juga.
No comments:
Post a Comment