Kali ini saya ingin melanjutkan cerita tentang INVESTOR yang telah dibahas pada postingan sebelumnya tentang Cara Mendapatkan Modal Usaha.
Berdasarkan cara menempatkan posisi, investor dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok:
Investor Aktif,
selain menanamkan modalnya, investor jenis ini juga "cawe-cawe" terhadap bisnis yang kita kembangkan. Keuntungannya adalah, kita akan mendapatkan masukan, saran, jaringan/network, bahkan juga tenaga.
Apabila kita masih "hijau", sementara investor sudah kenyang makan asam
garam bisnis, investor aktif bisa sangat membantu agar bisnis menjadi
semakin mudah berkembang. Namun kerugiannya adalah apabila investor
tersebut kurang memiliki wawasan bisnis, ketakutan akan kehilangan
uangnya seringkali justru menjadi penghambat/membatasi kreativitas jiwa
entrepreneur kita.
Investor Pasif, investor
yang hanya menanamkan uangnya
ke bisnis kita tanpa terlalu banyak ikut campur ke urusan teknis
perusahaan. Bahkan seringkali malahan investor jenis ini tidak perduli
dengan apa yang terjadi dengan bisnis kita. Biasanya investor pasif
hanya meminta laporan keuangan rutin
dari bisnis tanpa membatasi keputusan perusahaan. Keuntungan investor
pasif adalah membuat kita dapat memaksimalkan berbagai kreasi dalam
membangun usaha, bahkan untuk ide
tergila sekalipun. Namun kerugiannya, ketika usaha kita sedang
kesulitan, maka kita tidak bisa mengharapkan bantuan yang terlalu banyak
pada
investor ini. Bahkan kadang justru akan turut menjadi "beban pemikiran"
karena terus-terusan menuntut agar bagaimana caranya bisnis bisa segera
untung.
Bagaimana Cara Membangun Bisnis dengan Investor ?
Ada
beberapa hal yang perlu kita pahami dan lakukan sebelum kita bicara dan menawarkan
kerja sama kepada investor. Kita tidak akan menemukan ataupun mendapatkan deal dengan investor
selama kita masih berbicara dalam perspektif kita sendiri. Hal ini sering
dilupakan oleh banyak pengusaha di antara kita.
Bahwa kita sedang membangun kerjasama
bisnis, dengan orang lain. Maka untuk memastikan bahwa bisnis yang kita bangun
berjalan, dan tidak terlalu membuang energi, maka bahasa dan logika yang seharusnya kita
gunakan adalah bahasa dan logika investor tersebut.
Apakah Bahasa Investor Itu ?
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang seringkali dilontarkan oleh investor :
What could go wrong? Apa yang mungkin terjadi
yang tidak dipikirkan dan dikehendaki dari proposal kita? Atau apa yang bakal
salah dalam bisnis yang kita tawarkan?
Pertanyaan ini harus kita jawab sebelum
mereka bertanya. Atau kita pastikan kepada mereka sehingga mereka, para
investor tidak akan ragu atas proposal bisnis yang kita buat.
Why they need our money? Mengapa memerlukan uang saya? Begitu pertanyaan investor selanjutnya. Investor
ingin memastikan bahwa proposal kita bukan untuk membiayai kerugian dari bisnis
kita. Bukan untuk merestrukturisasi diri kita sendiri. Benarkah bahwa proposal
ini dibuat untuk bisnis sebagaimana dalam proposal, bukan untuk pembiayaan yang
lainnya. Pertanyaan yang mengarah pada wilayah ini akan sangat kuat dan
mencecar kita.
Can you make it happen? Apakah anda benar-benar membuat bahwa bisnis
yang kita tawarkan tersebut terjadi, atau dapat berjalan sebagaimana rencana
bisnisnya. Kalau ada sesuatu yang terlalu besar yang kita tawarkan, yang mereka
ragu dengan hal itu, seperti dalam satu tahun akan terjadi sepuluh cabang dari
usaha ini.
Who drive the bus? Siapa yang akan
mengendarai bisnis tersebut. Siapa yang ada di dalamnya, siapa yang memiliki
talent dengan bisnis yang kita tawarkan. Kemudian, show me the track record!
Tunjukkan track record dia yang akan mengendarai bisnis tersebut.
No comments:
Post a Comment