Tuesday, April 22, 2008

Merokok: Bisakah Berhenti?

Rokok merupakan salah satu bahan addiktif. Artinya dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Sifat addiktif rokok berasal dari nikotin yang dikandungnya. Setelah seseorang menghirup asap rokok, dalam 7 detik nikotin akan mencapai otak. Kemudian terjadi pelepasan hormon adrenalin, yaitu hormon yang dapat memacu semangat, ada yang menyebutnya ”fight and flight hormone” (Martin, 2004).

Nikotin juga menghambat pelepasan insulin, hormon yang memproses gula darah. Akibatnya, gula dalam darah sedikit lebih tinggi. Kadar gula darah yang tinggi ini akan menekan selera makan. Itulah sebabnya perokok berpikir bahwa merokok mengurangi rasa lapar (Martin, 2004).

Penelitian membuktikan bahwa nikotin meningkatkan kadar hormon dopamin, suatu hormon yang bertanggung jawab terhadap rasa senang dan bahagia. Efek nikotin terhadap hormon ini berlangsung singkat, hanya beberapa menit, sehingga perokok biasanya akan terus merokok sepanjang hari untuk mempertahankan efek ini (Martin, 2004).

Nikotin sangat mirip dengan hormon asetilkolin, yaitu hormon yang meningkatkan nafsu makan, mood, dan daya ingat. Ketika nikotin menempel ditempat yang semestinya ditempati hormon asetilkolin, maka efek tersebut juga ikut meningkat (Martin, 2004).

Nikotin juga merangsang pelepasan hormon endorfin beta, yaitu hormon yang mengurangi nyeri (Martin, 2004).

Ternyata begitu banyak efek ’baik’ nikotin. Namun dibalik efek ’menyenangkan’ tersebut, nikotin seperti halnya obat addiktif lainnya, mempunyai ”unpleasant withdrawal symptoms” (gejala yang tidak menyenangkan yang timbul akibat penghentian pemakaian). Gejala tersebut antara lain : gampang tersinggung, tidak sabar, benci, kecemasan, depresi, susah berkonsentrasi, resah, penurunan denyut jantung, dan peningkatan berat badan (AHA, 2007). Gejala ini akan menghilang jika kebutuhan tubuh terhadap nikotin dipenuhi. Makanya, perokok yang gelisah dan sulit konsentrasi misalnya, akan plong setelah merokok.

Rasa yang sangat menyenangkan saat merokok dan rasa yang sangat tidak mengenakkan saat tidak merokok menyebabkan perokok sangat sulit berhenti merokok. Tetapi, BERHENTI MEROKOK bukanlah hal yang mustahil.

Bagi yang ingin berhenti merokok, ikuti uraian di bawah ini :

MEROKOK merupakan interaksi dua faktor, yaitu ”KETERGANTUNGAN TERHADAP ROKOK (KTR)” dan ”TEKAD BERHENTI MEROKOK (TBM)”, dimana KTR lebih besar dari TBM.

MEROKOK = KTR > TBM

Jika anda ingin berhenti merokok, maka pastikan nilai TBM anda lebih besar daripada KTR.

BERHENTI MEROKOK = TBM > KTR

Beberapa hal yang harus diperhatikan dari interaksi TBM – KTR :
  • Nilai TBM dan KTR tidak pernah tetap, tetapi selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu.
  • Sesaat setelah berhenti merokok nilai KTR masih tinggi, tetapi berangsur-angsur turun seiring dengan waktu. Tapi dalam perjalanan turunnya, fluktuasi masih sering terjadi, bahkan pada saat nilai KTR sudah nol, KTR dapat naik kembali, terutama saat ditawarin rokok sama teman atau diledekin oleh sahabat.
  • Nilai TBM harus selalu berada diatas nilai KTM, kalau tidak program BERHENTI MEROKOK akan gagal.
  • dan lain – lain (silakan ditambah sendiri, siapa tau ada ide)

Jika anda sudah mempunyai TEKAD BERHENTI MEROKOK yang sangat besar, silakan cari saran atau artikel yang berkaitan dengan ”teknik berhenti merokok”. Berikut beberapa link yang dapat Anda kunjungi :

Cara Berhenti Merokok.
Berhenti Merokok dengan Kekuatan Otak.

Demikian, semoga bermanfaat.

di copy dari : http://foralsa.wordpress.com/2007/11/11/merokok-bisakah-berhenti/

2 comments:

Anonymous said...

ngeblog juga addiktif, hehe.

Anonymous said...

Ada tehnik yang sangat cepat untuk berhenti merokok yakni SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang dikembangkan oleh Ahmad Faiz Zainuddin bersama PT. LoGOS Institute. Dengan menggunakan ketukan pada titik energy meridian hanya dalam waktu 5-50 menit, seorang yang kecanduan rokok tidak mau merokok lagi.

Adapun tahapannya adalah :

1. Menghilangkan rasa enaknya rokok. efeknya sangat cepat, rokok rasanya sudah tidak enak, hambar, bahkan bisa sampai muntah jika merokok.

2. Menghilangkan background emosi yang menyertai. Supaya kebiasaan merokok tidak kembali lagi, maka emosi (faktor psikologis) yang menyertai misal : Jika tidak merokok tidak bisa konsentrasi, setelah makan harus merokok, merokok karena stress dll. maka emosi2 itu dihilangkan juga dengan tehnik SEFT. jika 2 tahapan ini selesai maka perokok akan meninggalkan rokok secara permanent.

3. Menghilangkan rasa kehilangan kebiasaan merokok (yang sudah menemani bertahun-tahun). ada orang yang punya kebiasaan lain karena hilangnya kebiasaan merokok, misal sering minum yang manis2, dll. Maka hal ini juga bisa diatasi dengan SEFT.

Sudah ribuan orang yang menggunakan tehnik ini, dan berhasil sangat cepat menghilangkan kecanduan merokok. LoGOS Institute bersama BAZNAS juga pernah memecahkan rekor MURI untuk terapi rokok terbanyak sekitar 1500 pelajar perokok dengan menggunakan tehnik SEFT. dan hasilnya sangat luar biasa.

Tehnik ini sangat mudah dan bisa dipelajari sendiri oleh setiap orang. Tanpa obat sehingga tidak ada efek samping. Berdasarkan riset ilmiah. Bahkan ada bukunya juga yang ditulis oleh Ahmad Faiz Zainuddin.

Info SEFT dan buku SEFT