Saturday, October 06, 2007

MerCOOOONNNN

Ada yang tidak kenal dengan MERCON ? Atau istilah Endonesa-nya PETASAN ? Jika sampai tidak kenal, saya yakin Anda sedang tidak sadarkan diri.

Walau sekarang pemerintah sudah melarang mercon ini, namun jika kita perhatikan di kampung-kampung, masih saya terdengar DAR DER DOR suara petasan (niru gaya lagunya Iwan Fals).

Membicarakan mercon, saya selalu teringat pada 2 kejadian bersejarah yang terjadi pada jaman dahulu kala.

Kejadian pertama : jari-jari saya hampir hancur karena mercon. Ini terjadi ketika saya berumur 9 tahun. Waktu itu saya masih tinggal di Bogor (waduh kangen aku dengan udara sejuknya BOGOR yang kini kian menghilang). Pada saat menjelang lebaran, saya turut keluarga pulang kampung ke Menganti, Gresik. Desa tempat nenekku berada. Di sana, saya sudah sangat akrab dengan anak-anak sebaya. Karena memang saya juga pernah menghabiskan waktu kecil di desa Menganti tersebut.

Singkat cerita, saya dan beberapa rekan sedang MERCON-an di dekat DAM (tempat penampungan air). Mercon disulut dengan menggunakan obat nyamuk, lalu dilemparkan ke udara. Hingga akhirnya, ketika saya sedang menyulut mercon, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang terasa sangat dekat dengan telinga. Hal ini tentu membuat saya super duper kaget. Bahkan sampai lupa jika di tangan saya masih ada sebuah mercon yang sedang aktif. Tak ayal, mercon tersebut meledak juga. Untunglah refleks saya membuat mercon tersebut terlepas dari tangan saya. Namun ledakan yang dahsyat terjadi tidak jauh dari tangan saya, mungkin sekitar 10 hingga 20 cm saja. Lalu, tiba-tiba tangan saya terasa sangat panas. Bercak-bercak bubuk mercon banyak menempel di tangan saya.

Dengan cepat, rekan-rekan saya segera membawa saya ke Dokter setempat untuk disuntik anti infeksi. Setelah menjalani perawatan seperlunya, akhirnya tangan saya diperban. Mulai jari hingga pergelangan tangan. Lalu seperti lazimnya orang yang terkena patah tangan, tangan saya tersebut juga digendong dengan kain yang diikatkan pada leher saya.

Kejadian kedua : Terjadi ketika saya sedang duduk di bangku SMP. Kelas 2. Masa saya sedang nakal-nakalnya. Waktu itu, ada seorang guru yang benar-benar membuat saya benci setengah mati. Selain karena sikapnya yang arogan, guru tersebut juga sering melakukan pendekatan tidak lazim ke murid-murid perempuan. Salah satunya adalah si XXX, teman perempuan yang saya incar sejak dia baru masuk kelas 1. Anak ini memang adik kelas saya. Hanya dalam waktu 3 bulan, pedekate saya berhasil, dan saya akhirnya mempunyai hubungan khusus dengannya. Memang sih tidak bisa disebut pacaran, karena waktu itu tentu tidak seperti jaman sekarang. Di mana anak-anak SD saja sudah mengenal betul pacaran. Lha wong SINETRON-SINETRON tidak mendidik yang banyak tayang di TV mengajarkan semuanya.

Sedikit gambaran tentang Si XXX ini, dia sangat mirip dengan model yang ada di klip lagu BOLA-nya Ona Sutra. Bagi yang seangkatan dengan saya, mungkin juga tahu lagu tersebut, dan juga masih SMP saat itu. Waduh kok bayangannya langsung ada di benak saya ya ? Gimana ya kabarnya sekarang ? Kabar terakhir yang saya dengar, anaknya yang pertama sudah SD. Dan kabar itu saya dengar sekitar 5 tahun yang lalu. Mungkin sekarang anaknya sudah SMP. Maklum dia sudah menikah ketika masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya.

Nah, ketika saya tahu si guru tadi mulai mendekatinya, maka rencana untuk memberikan pelajaran pun mulai tersusun dengan sendirinya di kepala saya. Berbagai alternatif mulai tumbang satu persatu, hingga muncullah satu pemenang. MERCON.

Akhirnya, sebuah mercon berkekuatan ringan saya desain sedemikian rupa dengan sumbu sebuah obat nyamuk. Berdasarkan prediksi, obat nyamuk itu akan membakar sumbu setelah 3 jam. Pada saat istirahat, ketika sedang sepi-sepinya, saya merealisasikan niat jahat tersebut. Mercon saya letakkan di sebelah luar jendela tepat di samping meja guru. Jika tidak benar-benar melongok keluar, tentu tidak akan tahu ada obat nyamuk terbakar di sana. Selain itu, didukung dengan letak SMP saya yang agak terpencil, di mana banyak warga sekitar yang membakar sampah, sangat mendukung rencana saya tersebut. Dan terbukti, selama 1 jam obat nyamuk menyala, tidak ada yang curiga sama sekali.

Setelah istirahat, masuklah guru Matematika yang berperawakan kecil, berkacamata, namun sangat manis sekali, karena sering tersenyum di sela-sela mengajar. Guru ini banyak disukai murid-murid karena orangnya baik dan tidak suka menghukum ketika ada yang tidak membuat PR. Selain karena mudah dalam menyampaikan matematika yang sering dianggap sebagai mata pelajaran yang mengerikan, tentu karena alasan yang sudah saya sampaikan sebelumnya.

Ketika sedang asyik mengajar, tiba-tiba DHUUUUAAAAARRRR. Mercon meletus. Seisi kelas kaget. Sementara ibu guru langsung duduk di kursi sambil tangannya mengelus-elus dada. Tampak sekali wajahnya menggambarkan kekagetan yang luar biasa. Sementara saya sendiri hanya terdiam. Bingung. Mengapa kok meletusnya sekarang ? Harusnya kan masih satu jam lagi, tepat ketika guru incaran saya akan masuk pada mata pelajaran berikutnya. Sambil memikirkan mengapa bisa meletus secepat itu, mulai timbul perasaan bersalah. Perasaan yang hingga kini masih teringat jelas di pikiran saya. Maafkan saya bu guru, bukan Anda yang menjadi sasaran kemarahan saya. Atau lebih tepat disebut kecemburuan saya.

No comments: