Thursday, October 18, 2007

Lebaran, Kecelakaan Ternyata Tidak Libur

Kamis, 11 Oktober, sekitar jam 8 malam, bersama istri dan anak saya pulang menuju kediaman orang tua saya di Hulaan - Menganti - Gresik. Seharusnya besok sudah hari raya, jika menurut pendapat Muhammadiyah. Sementara organisasi islam lainnya memilih mengikuti pemerintah, melaksanakan lebaran hari Sabtu. Tapi tentu saya tidak akan menyinggung urusan yang sebenarnya tidak saya inginkan di postingan kali ini.

Saya lebih ingin menyoroti apa yang terjadi pada tanggal 13 Oktober 2007. Hari Sabtu. Artinya semua umat Islam di Indonesia sudah merayakan Lebaran. Baik yang meyakini lebaran hari Jumat, ataupun yang meyakini lebaran hari Sabtu.

Siangnya, sepanjang perjalanan saya melihat banyak pengendara motor yang tidak menggunakan helm pengaman. Biasanya sih memang ada saja yang tidak menggunakan helm pengaman. Tapi ketika lebaran, seakan-akan ada istilah libur untuk mentaati peraturan lalu lintas. Dan hal ini terjadi juga pada tahun-tahun sebelumnya. Entah kemana para polisi yang biasanya cukup lihai mencari pelanggar aturan lalu lintas ini. Mungkin mereka juga harus silaturrahim ke sanak familinya. Sehingga lalu lintas dinyatakan bebas. Tak perlu mematuhi peraturan lalu lintas juga tidak apa-apa.

Tentang menggunakan helm pengaman, atau memanfaatkan sabuk pengaman, bagi sebagian besar kalangan hanya dianggap sebagai prasyarat agar tidak ditangkap petugas polisi. Itu saja. Jadi tidak ada sama sekali keinginan untuk berjaga-jaga dari kecelakaan yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Baik karena kelalaian kita, atau karena kelalaian orang lain. Ibarat sholat, masih dikerjakan karena ada mertua yang mengawasi. Jika tidak ada mertua, nggak sholat juga nggak apa-apa.

Pernah suatu ketika, saya baru saja pulang dari luar pulau. Mendarat di bandara Juanda Surabaya. Untuk menuju rumah, saya memanfaatkan saja taksi bandara yang dimonopoli oleh koperasi bandara Juanda. Saya memilih duduk di bangku depan. Pada saat itu saya lupa menggunakan kembali sabuk pengaman, setelah saya lepaskan ketika harus mengeluarkan HP dari saku celana. Lantas, sang sopir (ST) pun mengingatkan saya (SS) sebagai berikut :
ST : "Maaf mas, sabuknya dipakai, takut nanti kalau-kalau ada polisi."
SS : "Memangnya kalo ada polisi kenapa mas ?"
ST : "Ya nanti repot mas, buwuh kita nanti."
SS : "Brarti kl nggak ada polisi nggak perlu sabuk pengaman juga nggak papa ya mas ?"
ST : "Ya..gitu lah mas"
SS : "Pasti kalo nggak ada polisi kita selalu selamat kl sewaktu-waktu ada tabrakan"

Itulah sebabnya, banyak sekali sabuk pengaman yang digunakan seperlunya saja, yang penting terlihat menggunakan, sudah dianggap cukup.

Kembali ke kejadian di saat lebaran, saat di mana kita libur mentaati peraturan lalu lintas.

Hari Rabu, 17 Oktober 2007, saya dan istri kembali pulang ke kediaman orang tua di Hulaan. Bermaksud untuk melanjutkan silaturrahim ke sanak famili yang belum dikunjungi. Saat itulah saya ketemu dengan teman saya di jalan. Sambil bersalam-salaman meminta maaf, perhatian saya tertuju ke seseorang yang duduk di boncengan teman saya tersebut. Rupanya baru saja mengalami kecelakaan. Dan ada luka baru yang turut tercipta dari pelipis, terputus-putus hingga mencapai dagu. Langsung saja saya menanyakan apa yang terjadi dengan seseorang tersebut.

Rupanya seseorang yang ternyata adik dari teman saya tersebut baru saja mengalami kecelakaan ketika hendak bersilaturrahim ketika lebaran beberapa hari yang lalu. Ketika hendak belok kiri, dia lupa menggunakan lampu sign (reteng). Sehingga pengendara lain di belakangnya menjadi kalang kabut dan berusaha menghindar. Namun sayangnya tas yang disandang pengendara tersebut menyangkut di setir motor adik teman saya itu. Kontan saja justru adik teman saya yang kehilangan kendali atas motornya. Dan setelah oleng sesaat, motor adik teman saya terjatuh, dengan posisi jatuh yang menyebabkan goresan pada area wajah adik teman saya tersebut. Karena adik teman saya tersebut sedang tidak menggunakan helm pengaman.

Memang sih, tidak terlalu parah, hanya goresan-goresan kecil. Namun tetap saja akan sangat mengganggu, apalagi di saat bersilaturrahim. Pasti akan ada enegri tambahan yang harus dikeluarkan untuk bercerita tentang kejadian yang dialami tersebut.

Dalam hati saya mengatakan :
Ternyata waktu lebaran sekalipun, kecelakaan itu tidak ikutan libur. Hehehe ...

No comments: