"Hei, jangan nangis lo", komentar itu terucap begitu saja saat melirik teman saya yang matanya berkaca-kaca.
Nampaknya dia terhanyut oleh adegan ending dari film yang kami tonton. Film yang ditayangkan serentak di Indonesia sejak 2 Mei 2007. Hebatnya lagi diantara beberapa gedung bioskop yang menayangkan film ini di beberapa studio sekaligus. Bahkan bisa dikatakan hampir semua gedung bioskop yang melakukannya.
Salah satunya ya gedung tempat saya nonton bareng teman-teman saya itu. XXI Studio, Plasa EX, Thamrin, Jakarta.
Sekitar jam 5 sore, saya mendarat di CGK (Cengkareng, red) setelah hampir 2 jam terbang dari Sepinggan - Balikpapan. Begitu turun, langsung menuju ke Plasa EX, Thamrin. Kira-kira jam 7-an baru nyampe di plasa EX.
Tujuan utama sih emang mau mantengin sistem advertising digital di sana. Sambil mantengin dari lantai 2, tiba-tiba konsentrasi mata terarah pada antrian di dalam XXI. HP saya yang sedari tadi bunyi tut-tut-tut mengingatkan bahwa hari itu adalah tanggal 2 Mei, jadi tergoda untuk ikutan antri.
Akhirnya 1 tiket telah ada di genggaman. Tapi bukan untuk tanggal 2 Mei. Melainkan untuk tanggal 3 Mei. Maklum, khawatir nggak nutut jika harus memaksakan diri nonton tanggal 2 Mei.
Beberapa saat kemudian, saya sudah berada di ruang kantor GoAd Digital Advertising berada. Singkat cerita, Cak Rifai dan Erwin yang ada di sana, juga berminat untuk nonton. Bertiga langsung menuju antrian. Untuk nonton tanggal 2 Mei. Jam nontonnya juga dipilih yang paling malam, agar tidak mengganggu aktivitas Erwin yang masih harus bertugas. Sementara tiket 3 Mei saya simpan, untuk saya berikan kepada yang membutuhkan. Sayang tiket 3 Mei ini akhirnya tidak digunakan oleh yang bersangkutan.
2 Mei 2007, 22.45 WIB. Film dimulai. Diawali dengan beberapa cuplikan dari sekuel sebelumnya. Selanjutnya, sebagaimana yang telah diulas diberbagai media, kami pun menikmati film ini detik demi detik.
Pertarungan demi pertarungan ...
Ciuman demi ciuman ...
Yang menggelitik untuk tertawa ...
Yang membuat menahan nafas ...
Hingga akhirnya .... ketika salah satu tokoh (Harry Osborn) harus mati. Derai air mata penonton mungkin mengiringi kepergiannya. Bahkan salah satu rekan saya pun matanya harus berkaca-kaca. Menyaksikan sebuah usaha dan pengorbanan untuk menebus kesalahan kepada sobat karib yang selama ini menyayanginya.
Nampaknya dia terhanyut oleh adegan ending dari film yang kami tonton. Film yang ditayangkan serentak di Indonesia sejak 2 Mei 2007. Hebatnya lagi diantara beberapa gedung bioskop yang menayangkan film ini di beberapa studio sekaligus. Bahkan bisa dikatakan hampir semua gedung bioskop yang melakukannya.
Salah satunya ya gedung tempat saya nonton bareng teman-teman saya itu. XXI Studio, Plasa EX, Thamrin, Jakarta.
Sekitar jam 5 sore, saya mendarat di CGK (Cengkareng, red) setelah hampir 2 jam terbang dari Sepinggan - Balikpapan. Begitu turun, langsung menuju ke Plasa EX, Thamrin. Kira-kira jam 7-an baru nyampe di plasa EX.
Tujuan utama sih emang mau mantengin sistem advertising digital di sana. Sambil mantengin dari lantai 2, tiba-tiba konsentrasi mata terarah pada antrian di dalam XXI. HP saya yang sedari tadi bunyi tut-tut-tut mengingatkan bahwa hari itu adalah tanggal 2 Mei, jadi tergoda untuk ikutan antri.
Akhirnya 1 tiket telah ada di genggaman. Tapi bukan untuk tanggal 2 Mei. Melainkan untuk tanggal 3 Mei. Maklum, khawatir nggak nutut jika harus memaksakan diri nonton tanggal 2 Mei.
Beberapa saat kemudian, saya sudah berada di ruang kantor GoAd Digital Advertising berada. Singkat cerita, Cak Rifai dan Erwin yang ada di sana, juga berminat untuk nonton. Bertiga langsung menuju antrian. Untuk nonton tanggal 2 Mei. Jam nontonnya juga dipilih yang paling malam, agar tidak mengganggu aktivitas Erwin yang masih harus bertugas. Sementara tiket 3 Mei saya simpan, untuk saya berikan kepada yang membutuhkan. Sayang tiket 3 Mei ini akhirnya tidak digunakan oleh yang bersangkutan.
2 Mei 2007, 22.45 WIB. Film dimulai. Diawali dengan beberapa cuplikan dari sekuel sebelumnya. Selanjutnya, sebagaimana yang telah diulas diberbagai media, kami pun menikmati film ini detik demi detik.
Pertarungan demi pertarungan ...
Ciuman demi ciuman ...
Yang menggelitik untuk tertawa ...
Yang membuat menahan nafas ...
Hingga akhirnya .... ketika salah satu tokoh (Harry Osborn) harus mati. Derai air mata penonton mungkin mengiringi kepergiannya. Bahkan salah satu rekan saya pun matanya harus berkaca-kaca. Menyaksikan sebuah usaha dan pengorbanan untuk menebus kesalahan kepada sobat karib yang selama ini menyayanginya.
No comments:
Post a Comment