Sejak tadi malam, saya memaksakan diri untuk tidak tidur. Pekerjaan yang harus saya selesaikan memang banyak sekali, pekerjaan yang harus tertunda selama mendampingi istri saya melahirkan beberapa waktu lalu.
Setelah subuh, saya masih berusaha untuk melanjutkan pekerjaan. Namun notebook saya pindah dari ruang kerja ke kamar tidur saya. TV saya hidupkan, kebetulan stasiun yang muncul adalah RCTI yang sedang menayangkan berita kriminal.
Karena kantuk yang mulai menyerang, antara sadar dan tidak saya mengikuti berita pembiusan terhadap para penumpang dengan cara memberikan minuman kemasan kepada korban. Setelah itu korban diikuti. Hingga ketika korban sudah terkena pengaruh obat bius yang sengaja dicampurkan pada minuman kemasan tersebut, aksi penjarahan pun dijalankan dengan tenang.
Nah, disela-sela mengikuti berita itu, bayangan saya mulai melayang, karena kantuk yang sudah mulai menguasai. Tiba-tiba saya merasa berada di terminal blok M, terminal favorit saya karena saya pasti akan menuju arah terminal ini jika saya tersesat di Jakarta. Pada saat itu saya merasa haus dan segera menuju ke salah satu counter penjual minuman kemasan.
Ketika sedang memilah-milah minuman apa yang akan saya pilih dari box merah menyala itu, perhatian saya terpancing untuk memperhatikan pembicaraan dua orang mencurigakan di pojok belakang agak jauh dari counter minuman tersebut. Dengan menggunakan konsentrasi penuh, saya berusaha mengikuti perbincangan mereka.
Ternyata mereka sedang merencanakan tindak kriminal dengan cara memasukkan obat bius pada minuman kemasan yang akan ditawarkan pada calon pembeli. Si A berperan sebagai penjual sebagaimana penjual asongan pada umumnya, sementara Si B akan berpura-pura sebagai penumpang dan mengikuti calon korban, menunggu obat bius mulai bekerja pada si calon korban.
Kontan saja saya langsung tersadar. Sambil termangu, saya menjadi teringat pada kebiasaan saya yang setidaknya selalu membeli minuman kemasan dingin di atas metromini atau kopaja ketika kendaraan tersebut sedang berjalan merambat menuju pintu gerbang menunggu gilirannya berlalu menuju tempat tujuan. Saya membayangkan bagaimana jadinya jika saya harus membeli minuman kemasan yang ternyata di dalamnya sudah dicampur dengan obat bius.
Jika selama ini orang sudah mulai aware ketika ditawari minuman kemasan oleh seseorang yang tidak dikenal, bagaimana dengan minuman kemasan yang dijual bebas? Tentu saja ini bukan cara saya untuk mematikan rejeki bagi para pedagang asongan yang memeras keringat untuk mendapatkan sebutir rejeki untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Namun sekedar untuk mengingatkan kita untuk selalu waspada.
Setelah subuh, saya masih berusaha untuk melanjutkan pekerjaan. Namun notebook saya pindah dari ruang kerja ke kamar tidur saya. TV saya hidupkan, kebetulan stasiun yang muncul adalah RCTI yang sedang menayangkan berita kriminal.
Karena kantuk yang mulai menyerang, antara sadar dan tidak saya mengikuti berita pembiusan terhadap para penumpang dengan cara memberikan minuman kemasan kepada korban. Setelah itu korban diikuti. Hingga ketika korban sudah terkena pengaruh obat bius yang sengaja dicampurkan pada minuman kemasan tersebut, aksi penjarahan pun dijalankan dengan tenang.
Nah, disela-sela mengikuti berita itu, bayangan saya mulai melayang, karena kantuk yang sudah mulai menguasai. Tiba-tiba saya merasa berada di terminal blok M, terminal favorit saya karena saya pasti akan menuju arah terminal ini jika saya tersesat di Jakarta. Pada saat itu saya merasa haus dan segera menuju ke salah satu counter penjual minuman kemasan.
Ketika sedang memilah-milah minuman apa yang akan saya pilih dari box merah menyala itu, perhatian saya terpancing untuk memperhatikan pembicaraan dua orang mencurigakan di pojok belakang agak jauh dari counter minuman tersebut. Dengan menggunakan konsentrasi penuh, saya berusaha mengikuti perbincangan mereka.
Ternyata mereka sedang merencanakan tindak kriminal dengan cara memasukkan obat bius pada minuman kemasan yang akan ditawarkan pada calon pembeli. Si A berperan sebagai penjual sebagaimana penjual asongan pada umumnya, sementara Si B akan berpura-pura sebagai penumpang dan mengikuti calon korban, menunggu obat bius mulai bekerja pada si calon korban.
Kontan saja saya langsung tersadar. Sambil termangu, saya menjadi teringat pada kebiasaan saya yang setidaknya selalu membeli minuman kemasan dingin di atas metromini atau kopaja ketika kendaraan tersebut sedang berjalan merambat menuju pintu gerbang menunggu gilirannya berlalu menuju tempat tujuan. Saya membayangkan bagaimana jadinya jika saya harus membeli minuman kemasan yang ternyata di dalamnya sudah dicampur dengan obat bius.
Jika selama ini orang sudah mulai aware ketika ditawari minuman kemasan oleh seseorang yang tidak dikenal, bagaimana dengan minuman kemasan yang dijual bebas? Tentu saja ini bukan cara saya untuk mematikan rejeki bagi para pedagang asongan yang memeras keringat untuk mendapatkan sebutir rejeki untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Namun sekedar untuk mengingatkan kita untuk selalu waspada.
No comments:
Post a Comment