Entah bagaimana caranya untuk bisa menikmati helm pengaman yang agak bagus sedikit. Karena setiap kali parkir, selalu saja saya dibuat was-was. Dan akhirnya sore ini apa yang saya khawatirkan terjadi.
Helm biru yang belum ada 2 bulan menemani saya akhirnya hilang dibawa oleh maling. Tepatnya ketika saya parkir motor di WTC Surabaya. Padahal helm sudah saya kaitkan di bawah jok motor. Namun dengan silet, putus sudah pengait helm tersebut. Jahatnya lagi, usaha si maling untuk memotong pengait helm tidak saja membuat helm itu sirna. Namun juga menggores body motor di area pengait helm. Setelah dihitung, jumlah goresan itu sebanyak 6 buah.
Memang sore ini hati saya sudah tidak enak, ketika akan memasuki area parkir, tiba-tiba terbayang kejadian helm saya yang hilang beberapa tahun lalu di parkiran PLASA TUNJUNGAN Surabaya. Padahal waktu itu parkiran motor masih ada di dalam area gedung. Tidak seperti sekarang ini, yang terletak di area terbuka.
Kembali ke kejadian sore ini di WTC Surabaya. Setelah memasuki area parkir, petugas parkir mengarahkan motor saya ke area kosong. Saya sudah berusaha mencari tempat kosong sedekat mungkin dengan penjaga parkir. Saya masuk sekitar pukul 16.30. Helm saya kaitkan dibawah jok, dan selanjutnya saya kunci sambil berdoa supaya tidak terjadi apa-apa pada motor saya.
Lalu saya bergegas menuju WTC untuk melaksanakan tujuan saya. Tidak lama. Hanya sekitar 1 jam. Karena pada pukul 17.30 saya sudah keluar dari gedung WTC menuju area parkir.
Perasaan semakin tidak enak ketika berjalan menuju motor saya. Dan ternyata kekhawatiran saya terjadi. Helm sudah tidak ada di tempatnya. Berganti dengan helm lain yang diletakkan di spion kiri.
Rupanya malingnya masih agak baik hati. Karena yang ditukar adalah helm yang agak bagus. Berbeda dengan kejadian waktu di PLASA TUNJUNGAN. Helm saya hanya diganti dengan helm gayung saja.
Begitu menyadari helm saya sudah hilang. Langsung saja helm pengganti itu saya ambil, dan saya banting ke lantai parkir hingga pecah berantakan. Kontan saja suara hempasan yang sangat keras itu membuat orang-orang yang kebetulan berada di area parkir langsung mengarahkan perhatian pada saya. Sambil mengeluarkan motor, saya ambil lagi helm yang sudah tidak berbentuk itu. Bukan apa-apa. Saya harus memakainya untuk pulang, walau terpaksa. Dari pada nanti di jalan di semprit polisi.
Beberapa petugas parkir lantas menghampiri. Langsung saja saya sambut dengan semprotan emosional, "Mas, kerjanya ngapain aja sih ? Udah bayar parkir mahal-mahal masih juga kehilangan helm". Spontan petugas parkir menjawab, "Ya kalau sayang sama helmnya, seharusnya helmnya dititipkan dong". Jawaban yang membuat saya semakin emosional. Dari pada saya tetap bertahan dan semakin emosional, akhirnya saya putuskan untuk berlalu sambil beristighfar supaya emosi dalam dada yang sedang membara ini segera hilang.
Sesampai di belokan rumah, timbul keinginan untuk membuang helm yang saya pakai tersebut. Namun niat tersebut saya urungkan. Sebagai gantinya, helm tersebut saya tawarkan ke tukang becak yang sedang mangkal di belokan. Sambil ragu-ragu, saya tawarkan helm tersebut ke tukang becak itu. Khawatir dia merasa tersinggung.
Namun, ucapan terima kasih yang bertubi-tubi membuat emosi yang masih tersisa dalam dada menjadi luluh. Walau hati sudah tenang, tapi perasaan tetap tidak enak. Bukan karena kehilangan helm, tapi bagaimana caranya memberitahukan ke istri yang sudah tentu akan sangat kecewa. Hehehe ...
Helm biru yang belum ada 2 bulan menemani saya akhirnya hilang dibawa oleh maling. Tepatnya ketika saya parkir motor di WTC Surabaya. Padahal helm sudah saya kaitkan di bawah jok motor. Namun dengan silet, putus sudah pengait helm tersebut. Jahatnya lagi, usaha si maling untuk memotong pengait helm tidak saja membuat helm itu sirna. Namun juga menggores body motor di area pengait helm. Setelah dihitung, jumlah goresan itu sebanyak 6 buah.
Memang sore ini hati saya sudah tidak enak, ketika akan memasuki area parkir, tiba-tiba terbayang kejadian helm saya yang hilang beberapa tahun lalu di parkiran PLASA TUNJUNGAN Surabaya. Padahal waktu itu parkiran motor masih ada di dalam area gedung. Tidak seperti sekarang ini, yang terletak di area terbuka.
Kembali ke kejadian sore ini di WTC Surabaya. Setelah memasuki area parkir, petugas parkir mengarahkan motor saya ke area kosong. Saya sudah berusaha mencari tempat kosong sedekat mungkin dengan penjaga parkir. Saya masuk sekitar pukul 16.30. Helm saya kaitkan dibawah jok, dan selanjutnya saya kunci sambil berdoa supaya tidak terjadi apa-apa pada motor saya.
Lalu saya bergegas menuju WTC untuk melaksanakan tujuan saya. Tidak lama. Hanya sekitar 1 jam. Karena pada pukul 17.30 saya sudah keluar dari gedung WTC menuju area parkir.
Perasaan semakin tidak enak ketika berjalan menuju motor saya. Dan ternyata kekhawatiran saya terjadi. Helm sudah tidak ada di tempatnya. Berganti dengan helm lain yang diletakkan di spion kiri.
Rupanya malingnya masih agak baik hati. Karena yang ditukar adalah helm yang agak bagus. Berbeda dengan kejadian waktu di PLASA TUNJUNGAN. Helm saya hanya diganti dengan helm gayung saja.
Begitu menyadari helm saya sudah hilang. Langsung saja helm pengganti itu saya ambil, dan saya banting ke lantai parkir hingga pecah berantakan. Kontan saja suara hempasan yang sangat keras itu membuat orang-orang yang kebetulan berada di area parkir langsung mengarahkan perhatian pada saya. Sambil mengeluarkan motor, saya ambil lagi helm yang sudah tidak berbentuk itu. Bukan apa-apa. Saya harus memakainya untuk pulang, walau terpaksa. Dari pada nanti di jalan di semprit polisi.
Beberapa petugas parkir lantas menghampiri. Langsung saja saya sambut dengan semprotan emosional, "Mas, kerjanya ngapain aja sih ? Udah bayar parkir mahal-mahal masih juga kehilangan helm". Spontan petugas parkir menjawab, "Ya kalau sayang sama helmnya, seharusnya helmnya dititipkan dong". Jawaban yang membuat saya semakin emosional. Dari pada saya tetap bertahan dan semakin emosional, akhirnya saya putuskan untuk berlalu sambil beristighfar supaya emosi dalam dada yang sedang membara ini segera hilang.
Sesampai di belokan rumah, timbul keinginan untuk membuang helm yang saya pakai tersebut. Namun niat tersebut saya urungkan. Sebagai gantinya, helm tersebut saya tawarkan ke tukang becak yang sedang mangkal di belokan. Sambil ragu-ragu, saya tawarkan helm tersebut ke tukang becak itu. Khawatir dia merasa tersinggung.
Namun, ucapan terima kasih yang bertubi-tubi membuat emosi yang masih tersisa dalam dada menjadi luluh. Walau hati sudah tenang, tapi perasaan tetap tidak enak. Bukan karena kehilangan helm, tapi bagaimana caranya memberitahukan ke istri yang sudah tentu akan sangat kecewa. Hehehe ...
3 comments:
Cak, aku juga wis 2x kehilangan helm padahal helmku gak sepiro apik. Setelah kehilangan sing ke-2, aku tuku helm sing larang sekalian biar njogone gak setengah2. Akhire aku tuku helm rego 300ewu ripis + tuku rantai helm. Rodhok repot sih.. emang.
Lha kebetulan helm yang hilang itu, juga harganya seperti helm sampeyan. Mulanya setelah beli ada anggaran khusus untuk parkir motor plus parkir helm. Kebanyakan di beberapa tempat parkir helm harganya seribu, padahal parkir motor hanya 500 aja. Lama-lama bosen juga. Akhirnya di biarin aja di jok. Tapi parkirnya dekat petugas. Ini juga sudah 2 minggu lebih aman. Tapi yang kemaren itu mungkin karena sudah waktunya dicuri orang. :)
Hahha...lucu sekali kisahnya, mas. Oh ya salam kenal dari saya, Dhita. Btw, di parkiran Plaza Sby alias Delta juga nggak aman kok mas. saya pernah kehilangan helm 2 kali. untungnya harganya masih di kisaran Rp 50 ribu. Bagus banget sih nggak, tapi dibandingkan helm yg ditukar ke motor saya, ya jauh banget. Keseeel banget. Sering saya berpikir kalau penjaga parkir itu juga kongkalikong ama yg ngambil helm. kalau ke plasa saya malah milih parkir di luar yg tarifnya dua kali lipat daripada tarif resmi parkir di dalam komplek mal. Lebih aman karena benar2 dijaga, eh..dipelototin sama petugasnya ;-)
Post a Comment