Friday, January 12, 2007

Adam Air, Masih Laku Juga Ya

Bercerita tentang sarana penerbangan, tergoda saya untuk bercerita tentang Adam Air. Pada penerbangan ke Jakarta, pagi hari, 9 Januari 2007, sengaja saya memilih Adam Air. Bukan karena merasa jagoan, sehingga berani menantang maut untuk memilih maskapai yang sedang ramai diulas kebobrokan manajemennya. Namun lebih karena penasaran. Dan jujur saja karena tarif yang ditawarkan oleh biro perjalanan langganan saya cukup murah. Untuk penerbangan SBY - CGK, cukup 200 ribu saja. Mungkin karena imagenya sedang digoyang, sehingga terpaksa untuk menarik minat penumpang, harga kembali dijadikan sebagai senjata utama.

Sehari sebelum perjalanan, terpaksa saya harus berbohong kepada istri dan orang tua saya, tentang maskapai yang saya gunakan. Tujuannya tentu saja agar mereka tidak khawatir yang berlebihan. Karena tidak jarang khawatir yang berlebihan sering berbuah menjadi kenyataan. Bukan magic memang. Dan bukan pula karena ahli ramalan. Tapi kekhawatiran yang berlebihan, juga merupakan sebuah doa. Sebuah doa agar kekhawatiran tersebut menjadi kenyataan. Namun hal ini sering kali tidak disadari oleh pelaku.

Ketika sedang dalam perjalanan menuju bandara, terlintas dalam pikiran saya pesawat akan melompong karena peminatnya pasti turun.

Begitu sampai di ruang tunggu, ternyata bayangan yang telat terlintas itu mulai sirna. Karena ruang tunggu tersebut tetap penuh. Bisa saja yang memenuhi ruang tunggu adalah penumpang yang akan berangkat menggunakan maskapai lain. Namun dengan pengaturan ruang tunggu yang terpisah di bandara Juanda seperti sekarang ini, kemungkinan besar penumpang yang ada di ruang tunggu tersebut adalah penumpang Adam Air.

Bayangan sepinya penumpang langsung menguap ketika sudah memasuki pesawat. Ternyata, FULL. Hebat juga ya. Di tengah sorotan sedemikian rupa, rupanya masih banyak masyarakat Indonesia yang tetap memilih Adam Air.

Jangan-jangan mereka memilih Adam Air, justru karena harga murah yang ditawarkan tersebut ya ? Memang faktanya, masih banyak masyarakat kita yang rela menghadapi resiko demi harga murah yang ditawarkan. Ada satu alasan yang muncul, "Nasib itu kita serahkan pada Tuhan."

3 comments:

Anonymous said...

selain itu mungkin nih pak... karena ga ada pesawat yang bagus lagi, Adam Air masih mendingan dari pada pesawat yang lain. Kemungkinan yang lain, jadwal penerbangan yang lain penuh, yang kosong Adam Air. Orang mungkin kepepet sama waktu.

Anonymous said...

karena menghargai nyawa serendah itu :)

Anonymous said...

Mmm...kalo pake teori probabilitas, justru adam air yang punya peluang aman paling besar.

Tapi kekuasaan Tuhan tak terikat dengan tori probabilitas.Wallahu a'lam