Monday, October 09, 2006

Pengamen pun Bisa Jadi Ustadz

Jika kita mendapatkan nasehat, janganlah dilihat siapa yang menasehati. Melainkan lihatlah apa isi nasehat tersebut.

Ketika saya sedang perjalanan tugas di Jakarta. Tepatnya tanggal 7 hingga 10 Oktober 2006. Selama itu pula saya memanfaatkan jasa angkutan umum untuk keperluan mobilitas saya. Diantaranya adalah bis dan metromini.

Keberadaan bis dan metromini selalu diiringi dengan keberadaan pengamen yang datang silih berganti. Dalam satu rute perjalanan, kadang bisa mencapai 5 hingga 6 pengamen yang bergantian unjuk kemampuan untuk menghibur penumpang.

Nah, hubungannya dengan bulan puasa adalah selama saya naik bis atau metromini, semua pengamen yang beraksi, mendendangkan lagu-lagu bernuansa religi. Tak ubahnya para artis ibukota yang sering kebanjiran order-order bernuansa religi ketika bulan puasa tiba.

Keberadaan pengamen-pengamen tersebut sering kali mampu menjadikan bulu kuduk berdiri. Nyanyian-nyanyian yang mengingatkan akan adanya mati, hari pembalasan, rindu Ilahi, dan sejenisnya. Rasanya sangat berbeda ketika lagu tersebut dinyanyikan oleh pengamen, yang notabene hidup dalam keterbatasan, jika dibandingkan dengan penyanyinya sendiri.

Sungguh nasehat-nasehat yang mampu membuat hati tetap ingat pada Ilahi ditengah-tengah rutinitas yang seringkali lebih senang melenakan kita. Rutinitas yang seringkali hanya berupa canda dan senda gurau yang mengisi kehidupan kita.

3 comments:

Heri Setyono said...

Bagus Lim, saya menilainya dari sudut pandang :
1. Kerapian
2. Ide, cukup peka menangkap realita.
3. Kesederhanaan topik, saya suka dengan orang-orang yang mampu mengangkat hal sederhana menjadi menarik dan bermakna

Saran :
Lim, dunia ini berpasang-psangan. Ada putih dan ada hitam, ada setan dan ada malaikat, ada ustadz pasti ada lawannya ustadz. Coba Lim, ditulis juga sisi gelap/jahat/buruknya pengamen.

Irwan Syahrir said...

Tidakkah tulisan ini menekankan sebuah cara berpikir stereotip? Pengamen itu biasanya begini, dan ustadz biasanya begitu. Lalu ia menjadi seakan "luar biasa" bila bergabung....

Just an idea.

Salim Suharis said...

Memang benar Wan, tulisan saya ini memang berangkat dari pola pikir stereotip tentang Pengamen vs Ustadz yang beredar di masyarakat. Dengan ini, saya mencoba untuk menyampaikan bahwa manusia itu sebaiknya jangan hanya dilihat dari luarnya saja, melainkan dari dalamnya.