Tahu campur yang sedang saya lahap ini, memang merupakan salah satu makanan favorit saya. Ada banyak penjual tahu campur di Surabaya yang sudah saya singgahi secara periodik.
Sebagaimana biasanya, saya menikmati tahu campur ini dengan nikmatnya. Tahu campur dengan porsi sayur yang lebih banyak dari biasanya, serta sambel yang cukup banyak, dengan petisnya yang juga banyak. Pesanan standar saya persis seperti biasanya saya memesan tahu campur.
Ditengah suasana nikmat tersebut, tiba-tiba .... jreng ... melantunlah sebuah lagu dari dua orang pemuda tanggung. Yang satu memainkan gitar, yang satunya lagi membawa botol berisi beras sambil menggoyang-goyangkannya mengiringi alunan lagu. Sebuah lagu yang sedang hits saat ini. Ternyata mereka adalah pengamen.
Karena lumayan merdu, dan dengan iringan petikan gitar yang lumayan enak didengar, tidak rugi rasanya mengeluarkan lembaran uang ribuan untuk saya berikan padanya. Dan, ups ... begitu uang telah diterima, tiba-tiba lagu yang sedang memasuki alinea reff-nya, berhenti begitu saja. Dan pengamen itu berlalu, meninggalkan saya yang masih terbengong-bengong, keki, bete, dan sebagainya. Bahkan dalam hati sampai terlintas ucapan sumpah serapah yang memang masih berat untuk keluar dari mulut saya.
Dasar Pengemis .... !!!
Demikian kira-kira makian yang akan keluar. Jika tidak saya tahan semaksimal mungkin. Pengamen yang langsung ngacir setelah menerima uang dari audiens bagi saya tak ubahnya seperti pengemis yang bermodal gitar dan alat musik lainnya hanya sebagai alat bantu.
Akhirnya kekecewaan itu, merembet mengingatkan saya ke kekecewaan-kekecewaan lain yang pernah terjadi sebelumnya. Kecewa yang menyebabkan saya seringkali enggan memberikan sepeser pun kepada para pengemis yang mengaku pengamen ini.
Sebagaimana biasanya, saya menikmati tahu campur ini dengan nikmatnya. Tahu campur dengan porsi sayur yang lebih banyak dari biasanya, serta sambel yang cukup banyak, dengan petisnya yang juga banyak. Pesanan standar saya persis seperti biasanya saya memesan tahu campur.
Ditengah suasana nikmat tersebut, tiba-tiba .... jreng ... melantunlah sebuah lagu dari dua orang pemuda tanggung. Yang satu memainkan gitar, yang satunya lagi membawa botol berisi beras sambil menggoyang-goyangkannya mengiringi alunan lagu. Sebuah lagu yang sedang hits saat ini. Ternyata mereka adalah pengamen.
Karena lumayan merdu, dan dengan iringan petikan gitar yang lumayan enak didengar, tidak rugi rasanya mengeluarkan lembaran uang ribuan untuk saya berikan padanya. Dan, ups ... begitu uang telah diterima, tiba-tiba lagu yang sedang memasuki alinea reff-nya, berhenti begitu saja. Dan pengamen itu berlalu, meninggalkan saya yang masih terbengong-bengong, keki, bete, dan sebagainya. Bahkan dalam hati sampai terlintas ucapan sumpah serapah yang memang masih berat untuk keluar dari mulut saya.
Dasar Pengemis .... !!!
Demikian kira-kira makian yang akan keluar. Jika tidak saya tahan semaksimal mungkin. Pengamen yang langsung ngacir setelah menerima uang dari audiens bagi saya tak ubahnya seperti pengemis yang bermodal gitar dan alat musik lainnya hanya sebagai alat bantu.
Akhirnya kekecewaan itu, merembet mengingatkan saya ke kekecewaan-kekecewaan lain yang pernah terjadi sebelumnya. Kecewa yang menyebabkan saya seringkali enggan memberikan sepeser pun kepada para pengemis yang mengaku pengamen ini.
3 comments:
eh jadi inget pengalaman dulu nanggap pengamen di jogja.
ceritanya waktu itu saya bareng temen2 andok nasi goreng jawa ndek pinggir jalan, terus ada grup pengamen. ternyata suara mereka ciamik, dan nyanyinya juga komplit sampek lagunya selesai. wah layak dihargai nih kata temen saya. terus dia selipkan duit 20 ribu rupiah. guess what, grup pengamen itu ikut nongkrong di sekitar kita n nyanyi terus sampek ada acara request lagu segala. pokoknya mereka servis kita dg lagu2 top 40 sampek kita pergi.
setelah tuwuk cangkruk n pamit mau balik baru ketauan kalo ternyata mereka itu mahasiswa ISI yg lagi ngobyek.
sayang, waktu itu belom punya kamera digital.
Huehehehehehe............... Njengkelno pancen Lim, wis oleh dhuwik langsung ngacir. Mana ada seniman nyanyi cuman putus di tengah jalan. Mending mereka ngemis sekalian, jadi nggak ada kewajiban yang terhutang, nggak ada konsensus yang dilanggar, tul nggak?
kapan2 maneh nek menehi duit ngenteni lagune mari ae, Lim...
mungkin wis dadi kode etik pengamen, "jika sdh dikasih duit berarti yg ngasih udh puas ama lagu kita, n kita disuruh pergi"... hehehe
Post a Comment