Saturday, June 27, 2009

Kerak Telor Terkapar di Surabaya

Baru saja hari jadi Kota Jakarta berlalu. Selain PRJ dengan segala "empet2an"-nya, hari jadi kota Jakarta seringkali dikaitkan dengan jajanan khas Betawi. Apalagi kalau bukan kerak telor. Makanan ringan berbahan dasar telor, ketan, kelapa, lada, dan beberapa rempah-rempah lainnya.

Di Surabaya sendiri, kerak telor sempat menjamur di beberapa kawasan. Sebut saja salah satunya adalah sepanjang jalan Kusuma Bangsa seberang Hitech-Mall a.k.a THR. Harga yang ditawarkan rata-rata 7000 sampe 8000 rupiah. Pada saat-saat awal dulu, para penjual kerak telor sempat diserbu masyarakat. Terlihat banyaknya penjual yang sibuk membuat kerak telor untuk stok sewaktu-waktu pembeli datang untuk membeli dagangannya. Memang kebanyakan dari pembeli, membeli untuk dibungkus. Tentu saja tetap dengan bungkusan khas kerak telor.

Seminggu yang lalu, saya sempatkan diri untuk hadir ditengah-tengah kepadatan pengunjung PRJ. Niatnya pengen tahu bagaimana PRJ sekarang. Ternyata hanya "empet" dan "lelah" yang saya dapatkan. PRJ memang bukanlah tipe pameran yang gue banget. Terakhir kali ke PRJ mungkin ketika masih SD dulu. Atau jangan-jangan saya memang belum pernah ke PRJ seumur-umur.

Nah, di saat-saat letih sedang mendera itulah saya sempatkan pula untuk membeli kerak telor. Ini adalah kerak telor pertama yang saya beli. Swear. Baru kali ini saya sempat merasakan bagaimana kerak telor itu.

Ketika duduk di kursi yang telah disediakan, kontan pedagang sudah menyodorkan kerak telor yang telah siap saji. Harganya 15rb. Wowww, mahal juga ya. Saya coba memakannya. Walah-walah, ternyata biasa banget. Hampir mirip rasanya dengan kl saya bikin telor goreng dengan taburan nasi jagung campur merica dan lada. Kirain nikmat kayak gimana. Sempet heran juga sih, gini aja kok sampe dibangga-banggakan warga betawi. Hehehehe ... maaf ini bukan SARA, lho. Mungkin mereka melihat dari sisi historis kali ya. Sementara saya hanya menilai pure dari sisi rasa dan tampilan kerak telor saja.

Pulang ke Surabaya, saya jadi penasaran dengan para penjual kerak telor yang ada di sepanjang Kusuma Bangsa. Ingin membandingkan apakah rasa kerak telor yang dijual juga seperti yang saya nikmati di PRJ itu ?

Sayang sungguh sayang. Perjalanan menuju Kusuma Bangsa sudah membayangkan penjual kerak telor berjejer-jejer sibuk membuat kerak telor. Ternyata yang saya temukan hanya satu pedagang. Itupun sedang "manyun" memandangi kendaraan yang berlalu lalang di depannya. Maksud hati ingin membeli kerak telor lagi langsung lenyap.

Memang sih kalo menurut penilaian saya, kerak telor yang senilai 7000 atau 8000 itu akan kalah pamor dibandingan dengan lontong balap, tahu campur, tahu tek, mi tek-tek, dan sebagainya. Jenis-jenis jajanan dengan harga sama, tapi sudah cukup melekat di lidah masyarakat Surabaya.

Oalah ... ternyata kerak telor yang melegenda itu hanya bisa segitu saja di Surabaya. Sekarang mungkin sudah terkapar. Bisa jadi sebentar lagi hanya tinggal cerita, bahwa di Surabaya pernah juga ada yang berjualan kerak telor.

2 comments:

Anonymous said...

tahu tek nang pertelon gebang iku ajib tenanan rek

Unknown said...

Kerak telor di sby tidak pernah terkapar bahkan sampe skrg msh banyak peminatnya.hanya tempat jualannya aja yg pindah di sekitaran Jln. Kapasan di depan mi kluntung P. Yanto buka mulai jam 18.00-23.00 mlm.silahkan kl mo mampir lg