Sunday, June 24, 2007

Samarinda, Lampu Mati, dan Kebakaran

Tak banyak kota-kota di luar pulau Jawa yang saya singgahi. Diantaranya, ada kota Samarinda. Berkaitan dengan kendala suplai listrik dari PLN untuk daerah di pulau-pulau selain Jawa, demikian pula dengan Samarinda. Lampu mati harus digilir oleh PLN. Sehingga tak jarang lampu mati ibarat puasa nabi Daud. Sehari menyala, sehari berikutnya mati.

Tentu saja hal ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan untuk warga atau kantor-kantor yang telah menjadikan genset sebagai salah satu kebutuhan wajib. Ironisnya, beberapa hotel melati yang ada di sana, juga turut bermasalah gara-gara tidak sanggup menyediakan listrik cadangan ketika mendapat giliran mati lampu.

Walau sama-sama hotel melati, namun perubahan menjadi tampak jelas antara hotel yang sanggup mensuplai listrik dengan yang tidak mampu. Hotel yang mampu membuat AC tetap menyala ketika lampu mati, selalu dipenuhi oleh pengunjung. Sementara hotel yang hanya mampu membuat lampu menyala mulai sepi. Apalagi hotel yang tidak mempunyai support genset sama sekali. Walau ruang yang ditawarkan lebih bersih, lebih besar, namun hanya mampu mematok harga tidak lebih dari 100 ribu.

Di sisi lain, kendala seringnya mati lampu ini, ternyata telah turut andil sebagai penyebab kebakaran yang sering kali terjadi di Samarinda. Memang tidak secara langsung. Misalnya karena lilin yang terguling karena ditinggal tidur, atau petromax yang meleduk, atau hubungan singkat yang terjadi karena pengaturan jalur kabel yang amburadul. Membuat kawasan-kawasan yang didominasi rumah-rumah kayu menjadi lahan empuk untuk lokasi kebakaran.

Bersyukurlah saya sebagai warga yang tinggal di Surabaya. Karena bisa dikatakan hampir tidak ada acara lampu mati. Semoga kita bisa semakin berhemat terhadap penggunaan listrik. Seperti moto PLN, yang penting matikan yang nggak penting.

Wednesday, June 06, 2007

Kenapa Pria Sulit Berhenti Merokok?

Pada setiap bungkus dan iklan rokok telah dicantumkan peringatan kesehatan tentang bahaya merokok. Setiap perokok tentu tahu tentang hal itu. Walaupun demikian, tampaknya peringatan hanya berpengaruh pada perokok wanita, sedangkan pada pria tidak. Ini mungkin terjadi karena wanita lebih peduli dibandingkan pria terhadap akibat merokok pada dirinya (membahayakan kehamilan, kerusakan pada janin, dan risiko kanker serta penyakit jantung).

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa pria sulit atau tidak berhenti dan kebiasaan merokok? Hal ini terjadi karena sifat nikotin yang sangat adiktif. Di samping itu, lingkungan yang tidak mendukung untuk berhenti merokok lebih banyak terdapat pada pria dibanding wanita. Lingkungan yang tidak mendukung seseorang ingin berhenti merokok di antaranya pada saat main kartu/catur, sedang menunggu, stres, minum kopi, habis makan, dan jumpa teman lama yang perokok.

Sifat adiktif tembakau menyebabkan orang tergantung pada rokok dan jika dihentikan akan menimbulkan berbagai keluhan, seperti sulit mengkonsentrasikan pikiran dan kurang percaya diri. Di samping itu, pria memiliki otoritas dalam menentukan pilihannya karena memiliki uang dan kesempatan untuk membeli rokok.

Satu hal lagi, pria usia produktif (usia menengah) sering kali mengabaikan kesehatannya, karena merasa di usianya itu ia merasa memiliki fisik yang kuat. Padahal di usia pertengahan, termasuk pria, rawan terhadap perubahan fisiologi tubuh yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap berbagai faktor penyebab sakit. Namun sedikit yang menyadari perubahan seperti itu, karena menganggap dirinya sehat, sehingga tidak perlu memperhatikan kesehatan dirinya, bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatannya.

Bagaimana Dengan Anda?

Memang tidak mudah meninggalkan kebiasaan yang sudah jadi gaya hidup seperti merokok. Padahal sebenarnya kebiasaan yang jelas merugikan ini dapat dengan mudah juga dibuang, terutama kalau dipertimbangkan konsekuensinya. Relakah Anda menukar kesehatan dengan kenikmatan semu tembakau yang tak lain adalah racun?

dicuplik dari : http://bz.blogfam.com/2006/06/pria_dan_rokok.html