Semenjak masih kuliah, warung nasi bebek "Bu Agus" merupakan salah satu warung favorit. Kalau tiba-tiba ingin makan nasi bebek, tentu yang terlintas di pikiran warung ini.
Warungnya terletak di kawasan DPRD Surabaya. Berbentuk gerobak dorong yang diberi "keber" bertuliskan jenis menu yang disediakan. Hamparan terpal tebal di trotoar di sisi belakang warung ini dijadikan sebagai tempat para pembeli lesehan menikmati hidangan. Semula hanya berjualan nasi bebek, namun berkembang hingga tersedia juga ayam goreng, serta sate ayam.
Menjadi favorit, tentu ada sebabnya. Begitulah, bagi saya bebek goreng yang tersedia sungguh renyah, empuk, dan gurih. Empuk, alasan inilah yang menyebabkan saya menjadi pelanggan tetapnya hingga saat ini. Daging bebeknya sangat mudah "disuwir-suwir".
Dahulu, warung ini terletak tepat di depan DPRD. Buka sejak sekitar pukul 20.00 hingga dagangannya habis terjual. Kadang sampai jam 2 pagi, warung ini masih buka. Itu terjadi ketika dagangannya agak sepi. Tapi hal ini jarang sekali terjadi. Biasanya jam 11-an atau hingga jam 12-an sudah tutup. Biasanya sekitar jam 9-an, warung ini ramai sekali dikunjungi pembeli. Hamparan terpalnya selalu penuh. Bahkan "dingklik" yang ada di depan gerobaknya, juga sering kali penuh.
Kini, warung tersebut tergeser ke gang kecil di sebelah kiri DPRD. Dan baru pindah ke posisi semula setelah jam 10 malam. Hal ini disebabkan oleh aturan yang diberlakukan oleh pemerintah yang mengharuskan sepanjang kawasan depan DPRD harus steril dari pedagang kaki lima. Akhirnya warung ini menjadi relatif sepi. Hanya orang-orang yang pernah merasakan nikmatnya bebek gorengnya saja yang masih mencari-cari dan setia untuk mengunjungi warung ini. Salah satunya adalah saya.
Di sisi lain saya sangat mendukung kebijakan penertiban tersebut. Namun di sisi lain, jika warung ini menjadi sepi dan akhirnya tutup, tentu saya akan merasa kehilangan salah satu tempat favorit untuk urusan bebek goreng.
Malam tadi, saya sengaja mampir ke warung ini lagi. Setelah sekian lama tidak mampir. 2 potong dada dan 1 hati saya pesan untuk di bawa pulang. Sambil tidak lupa untuk meminta sambelnya yang agak banyak. Sesampai di rumah, bebek tersebut saya nikmati bersama dengan istri saya. Tetap NIKMAT. Tetap GURIH. Dan tentu saja tetap EMPUK.
Begitulah, Bu Agus dengan bebek gorengnya. Semoga nasibmu bisa semakin baik. Dan bisa membuka warung yang lebih permanen namun legal. Sehingga saya dan mungkin anak cucu saya nanti tetap bisa menikmati bebek goreng olahanmu.
Warungnya terletak di kawasan DPRD Surabaya. Berbentuk gerobak dorong yang diberi "keber" bertuliskan jenis menu yang disediakan. Hamparan terpal tebal di trotoar di sisi belakang warung ini dijadikan sebagai tempat para pembeli lesehan menikmati hidangan. Semula hanya berjualan nasi bebek, namun berkembang hingga tersedia juga ayam goreng, serta sate ayam.
Menjadi favorit, tentu ada sebabnya. Begitulah, bagi saya bebek goreng yang tersedia sungguh renyah, empuk, dan gurih. Empuk, alasan inilah yang menyebabkan saya menjadi pelanggan tetapnya hingga saat ini. Daging bebeknya sangat mudah "disuwir-suwir".
Dahulu, warung ini terletak tepat di depan DPRD. Buka sejak sekitar pukul 20.00 hingga dagangannya habis terjual. Kadang sampai jam 2 pagi, warung ini masih buka. Itu terjadi ketika dagangannya agak sepi. Tapi hal ini jarang sekali terjadi. Biasanya jam 11-an atau hingga jam 12-an sudah tutup. Biasanya sekitar jam 9-an, warung ini ramai sekali dikunjungi pembeli. Hamparan terpalnya selalu penuh. Bahkan "dingklik" yang ada di depan gerobaknya, juga sering kali penuh.
Kini, warung tersebut tergeser ke gang kecil di sebelah kiri DPRD. Dan baru pindah ke posisi semula setelah jam 10 malam. Hal ini disebabkan oleh aturan yang diberlakukan oleh pemerintah yang mengharuskan sepanjang kawasan depan DPRD harus steril dari pedagang kaki lima. Akhirnya warung ini menjadi relatif sepi. Hanya orang-orang yang pernah merasakan nikmatnya bebek gorengnya saja yang masih mencari-cari dan setia untuk mengunjungi warung ini. Salah satunya adalah saya.
Di sisi lain saya sangat mendukung kebijakan penertiban tersebut. Namun di sisi lain, jika warung ini menjadi sepi dan akhirnya tutup, tentu saya akan merasa kehilangan salah satu tempat favorit untuk urusan bebek goreng.
Malam tadi, saya sengaja mampir ke warung ini lagi. Setelah sekian lama tidak mampir. 2 potong dada dan 1 hati saya pesan untuk di bawa pulang. Sambil tidak lupa untuk meminta sambelnya yang agak banyak. Sesampai di rumah, bebek tersebut saya nikmati bersama dengan istri saya. Tetap NIKMAT. Tetap GURIH. Dan tentu saja tetap EMPUK.
Begitulah, Bu Agus dengan bebek gorengnya. Semoga nasibmu bisa semakin baik. Dan bisa membuka warung yang lebih permanen namun legal. Sehingga saya dan mungkin anak cucu saya nanti tetap bisa menikmati bebek goreng olahanmu.
2 comments:
wah, referensi penting iki cak :D
sebage penggemar bebek, saya merasa perlu meninjau empuknya bebek bu agus ini hihihi
sependek yg saya tau, beberapa bebek yg terbilang haujek antara lain:
- bebek kayu tangan, bratang gede
- bebek HT, karang empat besar
- bebek papin, pojokan pencindilan/kalianyar
- bebek donal, kedung doro
daftar ini masih perlu diperkaya lagi hehe :D jadi nanti saya mau njenguk bu agus :)
lapor boss, saya sudah ngincipi bebeknya bu agus ini. ternyata potongannya nggak seberapa gede yah. tapi asli sambelnya dahsyat!
Post a Comment