Memperhatikan kebiasaan baru kakak sepupuku, memang sering kali membuatku meneteskan air mata. Betapa tidak, hampir 5 kali sehari, dia selalu hadir di shaft terdepan di masjid dekat rumahnya. Hanya jika ada keperluan berpergian saja, kakak saya tidak tampak ada di antara jamaah sholat di barisan depan. Atau kadang karena pernah sakit yang menyebabkan tertidur ketika waktu sholat tiba. Bahkan, ketika berpergian pun dia masih juga menyempatkan untuk sholat berjamaah di masjid yang ditemukan diperjalanan. Memang pekerjaannya memungkinkan hal itu bisa terjadi. Bekerja wiraswasta, jasa bengkel truk di rumahnya. Dengan beberapa mekanik yang dibawahi, memberikan keleluasaan dalam mengatur waktu. Khususnya untuk sholat berjamaah tepat waktu.
Kebiasaan baru itu, memang belum lama berlangsung, baru beberapa bulan. Tepatnya sejak beberapa minggu semenjak kematian kakak sepupu iparku. Yang tidak lain adalah adik ipar kakak sepupuku itu.
Sebelumnya, sebagaimana lazimnya beberapa orang yang berkecimpung di dunia perbengkelan, terutama mekanik, banyak sekali yang meninggalkan sholat. Badan kumuh yang belepotan oli sering dijadikan alasan. Juga terjadi pada kakak sepupuku. Bahkan dalam lingkungan keluarga, kakak sepupuku itu dikenal hanya sholat 2 kali setahun. Sholat Idul Fitri dan Idul Adha.
Memang meninggalnya kakak sepupu iparku cukup memberi makna tersendiri bagi kakakku. Masih teringat dalam ingatan, peristiwa itu. Peristiwa yang terjadi pada saat ada acara kendurenan di salah satu rumah famili. Setelah acara selesai, kami semua berkumpul di halaman rumah, di atas tikar yang masih belum dikemasi.
Diantara pembicaraan yang ngalor ngidul itu, terselip pembicaraan tentang sholat, sebagai berikut :
Kakak sepupu ipar yang juga kurang bisa menjaga sholatnya, mengatakan sambil tersenyum "Iyo yo ... awak dhewe iki isih rodhok angel yen pas sibuk, mungkin yen wes rodhok lapang paling".
(Iya ya ... kita-kita ini masih susah ketika masih sibuk, mungkin kalau sudah luang waktunya baru bisa).
Pak dhe yang juga ada disana menimpali, "Ndang lapo ngentheni lapang, iyo yen isih diwenehi umur panjang".
(Kenapa harus menunggu waktu luang, iya kalau masih diberi umur panjang).
Kakak sepupu ipar langsung menyahut sambil tersenyum , "Yo, koyok'e awak dhewe iki koyoke isih suwe waktune. Isih waiting list. Seng tuwo-tuwo isih akeh".
(Kalau seperti kita ini, kayaknya masih jauh. Masih masuk daftar tunggu. Yang tua masih banyak).
Diantara sekian famili yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, terdapatlah kakak sepupu yang kuceritakan ini. Dan nampaknya saat itu kakak sepupu lebih berpihak pada komentar-komentar kakak sepupu ipar.
Apa daya, manusia hanya bisa berharap dan berencana. Namun Allah lah Sang Penentu segalanya. Tidak seberapa lama kemudian, kakak sepupu ipar menderita sakit. Dan akhirnya meninggal. Sementara kakak sepupu pun beberapa hari semenjak meninggalnya adik iparnya, tampak sering melamun. Itu terjadi selama beberapa minggu.
Hingga suatu hari, tepatnya waktu sholat dhuhur, kakak sepupu bergegas menuju masjid. Untuk menjalankan sholat berjamaah. Dan hal itu terjadi hingga sekarang.
Ada satu komentar yang sering dikatakan kakak sepupu ketika mendapatkan komentar dari orang-orang di sekitarnya. Komentar itu, "Lha wong seng mari ketok sehat ae, sopo seng ngerti yen gak suwe terus diceluk.
(Lha yang sebelumnya terlihat sehat saja, siapa mengira tidak lama kemudian dipanggil.)
Walau tentu saja tidak hanya cukup dengan sholat tepat waktu saja, setiap mengingat peristiwa ini, aku selalu merasa memiliki semangat untuk bisa sholat tepat waktu. Semoga semangat ini bisa menular untuk kebaikan-kebaikan lainnya. Baik sebagai makhluk Tuhan, maupun sebagai makhluk sosial.
Yang pasti, jika sudah waktunya, dia (ajal) pasti akan datang tanpa terlambat. Siapa saja, apa saja. Semua pasti akan didatangi. Tanpa kita tahu persis kapan waktunya.
Kebiasaan baru itu, memang belum lama berlangsung, baru beberapa bulan. Tepatnya sejak beberapa minggu semenjak kematian kakak sepupu iparku. Yang tidak lain adalah adik ipar kakak sepupuku itu.
Sebelumnya, sebagaimana lazimnya beberapa orang yang berkecimpung di dunia perbengkelan, terutama mekanik, banyak sekali yang meninggalkan sholat. Badan kumuh yang belepotan oli sering dijadikan alasan. Juga terjadi pada kakak sepupuku. Bahkan dalam lingkungan keluarga, kakak sepupuku itu dikenal hanya sholat 2 kali setahun. Sholat Idul Fitri dan Idul Adha.
Memang meninggalnya kakak sepupu iparku cukup memberi makna tersendiri bagi kakakku. Masih teringat dalam ingatan, peristiwa itu. Peristiwa yang terjadi pada saat ada acara kendurenan di salah satu rumah famili. Setelah acara selesai, kami semua berkumpul di halaman rumah, di atas tikar yang masih belum dikemasi.
Diantara pembicaraan yang ngalor ngidul itu, terselip pembicaraan tentang sholat, sebagai berikut :
Kakak sepupu ipar yang juga kurang bisa menjaga sholatnya, mengatakan sambil tersenyum "Iyo yo ... awak dhewe iki isih rodhok angel yen pas sibuk, mungkin yen wes rodhok lapang paling".
(Iya ya ... kita-kita ini masih susah ketika masih sibuk, mungkin kalau sudah luang waktunya baru bisa).
Pak dhe yang juga ada disana menimpali, "Ndang lapo ngentheni lapang, iyo yen isih diwenehi umur panjang".
(Kenapa harus menunggu waktu luang, iya kalau masih diberi umur panjang).
Kakak sepupu ipar langsung menyahut sambil tersenyum , "Yo, koyok'e awak dhewe iki koyoke isih suwe waktune. Isih waiting list. Seng tuwo-tuwo isih akeh".
(Kalau seperti kita ini, kayaknya masih jauh. Masih masuk daftar tunggu. Yang tua masih banyak).
Diantara sekian famili yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, terdapatlah kakak sepupu yang kuceritakan ini. Dan nampaknya saat itu kakak sepupu lebih berpihak pada komentar-komentar kakak sepupu ipar.
Apa daya, manusia hanya bisa berharap dan berencana. Namun Allah lah Sang Penentu segalanya. Tidak seberapa lama kemudian, kakak sepupu ipar menderita sakit. Dan akhirnya meninggal. Sementara kakak sepupu pun beberapa hari semenjak meninggalnya adik iparnya, tampak sering melamun. Itu terjadi selama beberapa minggu.
Hingga suatu hari, tepatnya waktu sholat dhuhur, kakak sepupu bergegas menuju masjid. Untuk menjalankan sholat berjamaah. Dan hal itu terjadi hingga sekarang.
Ada satu komentar yang sering dikatakan kakak sepupu ketika mendapatkan komentar dari orang-orang di sekitarnya. Komentar itu, "Lha wong seng mari ketok sehat ae, sopo seng ngerti yen gak suwe terus diceluk.
(Lha yang sebelumnya terlihat sehat saja, siapa mengira tidak lama kemudian dipanggil.)
Walau tentu saja tidak hanya cukup dengan sholat tepat waktu saja, setiap mengingat peristiwa ini, aku selalu merasa memiliki semangat untuk bisa sholat tepat waktu. Semoga semangat ini bisa menular untuk kebaikan-kebaikan lainnya. Baik sebagai makhluk Tuhan, maupun sebagai makhluk sosial.
Yang pasti, jika sudah waktunya, dia (ajal) pasti akan datang tanpa terlambat. Siapa saja, apa saja. Semua pasti akan didatangi. Tanpa kita tahu persis kapan waktunya.
1 comment:
setelah membaca, bener
pertama waktu mbaca judulnya terbaca "pas tiba saatnya dia pasti akan terlambat" aku ga baca ada tulisan tanpa di dalamnya, saya kira ttg orang yang selalu ngaret dalam waktu
ternyata sebaliknya
thanks telah ngingatkan aku
mungkin sudah tiba saatnya..
Post a Comment