Monday, November 24, 2014

Membangun PONDASI BISNIS

Seorang yg baru belajar menjadi PENGUSAHA, tidak perlu DIPAKSA mencapai TARGET OMSET yg besar. Cukup dipaksa mencapai PONDASI BISNIS yg kuat ...
Nanti OMSET besar itu akan mengiringi sendiri ketika pondasinya sudah KUAT
 

 ---
 

Ada kalanya OMSET besar memang menjadi RACUN yg MENARIK agar seseorang TERTARIK unt menjadi pengusaha.
Namun sejatinya RACUN itu seringkali berubah menjadi BUMERANG yg membuat si pengusaha menjadi PENGUSAHA-PENGUSAHA instan yg RAPUH pondasi bisnisnya

---

3 RACUN yg seringkali mengganggu upaya membangun PONDASI BISNIS yang KUAT adalah :
bagaimana berbisnis dengan MUDAH, CEPAT, dan untungnya BANYAK

---

Membangun PONDASI BISNIS YANG KUAT itu memang tidak menarik BAGI para PENGUSAHA, Karena tidak bisa DIBANGGAKAN, tidak bisa DIPAMERKAN ...
Sebagaimana sebuah BANGUNAN, PONDASI yg KOKOH akan berada di dalam TANAH, tidak kelihatan. Sementara itu, orang lebih mudah mengagumi bentuk dan model bangunan.
Pernahkan kita melihat pameran RUMAH yg mengekspos KEKOKOHAN BANGUNAN ? Ada sih, namun JARANG. Kebanyakan orang lebih tertarik pada RUMAH-nya, BANGUNAN-nya. Bukan PONDASI-nya.
Demikian juga BISNIS, orang lebih senang ngomongin seberapa besar OMSET-nya, seberapa banyak ASET-nya. Dan jarang yg lebih senang membahas pondasi bisnisnya.

---

Membangun PONDASI BISNIS itu antara lain :
- Menguatkan brand dan positioning
- Menguatkan manajemen organisasi
- Menguatkan manajemen cashflow
 

---

Membuat Business Model, menyearahkan MISI dan KULTUR seharusnya menjadi tantangan yang harus dikuasai oleh para PENGUSAHA, khususnya yang masih pemula. Jadi jangan biarkan mereka lebih SIBUK untuk mengejar target OMSET yg besar, memburu ASET yang BANYAK, sebelum PONDASI BISNISnya kuat untuk menopang semua itu :)

Ditinggal Mang Ucup

Mang Ucup, demikian kami mengenalnya. Sopir antar jemput yg bertugas membantuku berangkat dan pulang dari sekolah. Kala itu kami masih tinggal di kawasan Kompleks BIOTROP Tajur Bogor. Sementara sekolahku adalah SDN Bangka III (sebelum dipecah menjadi SDN Bangka IV ketika aku naik ke kelas IV)

Kelas III SD. Sepulang sekolah tidak seperti biasanya aku harus berurusan dengan sesuatu yg aku sudah lupa apa itu :)
Intinya aku terlambat keluar dari area sekolah untuk bergegas menuju titik kumpul di mobil Mang Ucup.

Dan ... aku pun ditinggal Mang Ucup. Duduk sendiri menunggu di depan sekolah di tepi jalan. Hingga suasana sekolah mulai sepi.

Aku putuskan untuk pulang saja. Namun bagaimana, uang saku tidak punya. Tapi aku masih punya kaki. Yap, aku putuskan untuk pulang jalan kaki. Menapaki jalur yang biasa menjadi rute Mang Ucup ketika mengantarku pulang.

Pelan namun pasti, aku sudah sampai di kawasan Tajur. Hari sudah cukup sore.

Beruntung, di saat lelah sudah mulai mendampingi langkah-langkah gontaiku, saat itu kedua orang tuaku berhasil menemukanku. Pasti mereka sudah mondar mandir mencariku ke sana ke mari. Terbukti ketika mereka berhasil menemukanku, ibu langsung memeluk erat diriku. Menangis haru.

Selanjutnya, sesampai di rumah, suhu badanku panas. Harus tidak masuk 1 hari. :)