Tuesday, June 08, 2010

Sulit, Pak ...

Sore itu, saya pulang dari salah satu client dengan diantar oleh driver perusahaan client.

Dalam perjalanan, sesekali si driver batuk yang nampaknya ditahan-tahan. Mungkin karena tidak ingin mengganggu kenyamanan saya.

Dan terjadilah dialog sebagai berikut :

Salim (S) : Sedang batuk mas, kalo emang batuk ya ndak usah ditahan.
Driver (D) : Iya nih pak, kata orang sih batuk 100 hari.
S : Emangnya tidak minum obat ?
D : Ya nanti juga sembuh sendiri, pak.

Saya lalu melirik ke saku driver. Kebetulan saya minta duduk di kursi depan, karena ingin ngobrol ama si driver. Setidaknya biar si driver tidak merasa sebagai driver.

Saya melihat ada rokok di dalam sakunya.

S : Sedang batuk, tapi kok merokoknya jalan terus mas ?
D : Saya sudah lama mencoba mengurangi pak, tapi sulit.
S : Memang mas ingin berhenti merokok ?
D : Ya, pengennya sih gitu pak.
S : Berhenti merokok itu tidak bisa kalo tidak dari kemauan, karena yang dilawan adalah sejenis zat kimia yang bersifat adiktif. Kalo tidak sungguh-sungguh ingin berhenti, ya percuma saja.
D : Iya pak, susah. Saya sudah mencoba mengurangi tapi tidak bisa berkurang.
S : Itulah mas, kesalahan terbesarnya. Kalo memang ingin berhenti, ya jangan pake acara mengurangi. Tapi harus berhenti saat ini juga. Ingat, yang dihadapi ini adalah racun yang bersifat adiktif. Tapi memang untuk itu juga perlu proses.
D : Prosesnya gimana pak ?
S : Nih saya jelaskan ....

1. Berjanji untuk tidak pernah membeli rokok. Baik itu bungkusan maupun eceran. Anggaran untuk beli rokok bisa digunakan untuk keperluan lain, atau untuk disumbangkan ke lembaga amal. Atau masukkan saja ke kotak masjid. Bila ingin merokok, cukup dengan cara minta ke teman. Nanti kita lihat, seberapa tahan kita menahan malu dengan minta-minta ke teman.

2. Apabila tahap di atas sudah terlewati, berjuanglah untuk tidak minta rokok ke teman sekuat mungkin. Apabila tetep sakaw, tetep butuh asupan nikotin, maka kutuklah diri sendiri ketika meminta rokok pada teman. Lalu catat dalam seminggu berapa kali harus minta rokok ke teman.

3. Nah, berupayalah agar jumlah minta-minta ke teman menjadi berkurang. Hingga habis sama sekali.

S : Nah, gimana mas, mau menjalankan resep saya tersebut ?
D : Wah, kayaknya menarik nih, terima kasih pak atas sarannya.
S : Tapi ya itu mas, yang mutlak tidak boleh ditawar adalah, jangan sekali-kali beli rokok lagi. Dan kalo perlu, rokok yang disaku itu dibuang saja skarang juga.
D : Wah sayang pak :)
S : Sini saya bantu membuang kalo mas tidak tega melakukannya.

Rokok pun diberikan ke saya. Dan dalam sekejam, bungkus rokok yang sudah dalam genggaman saya itu saya remas sampai tidak berbentuk.

Ketika saya turun di lokasi tujuan, bungkus rokok beserta rokok di dalamnya langsung saya buang ke tempat sampah.

BNI, Kartu ATM Instant aja kok ribet ???

Kartu ATM Instant, apaan sih itu ?

Bagi yang belum tau kartu ATM instant, begini nih, banyak bank di Indonesia tercinta ini yang mulai menawarkan layanan pembuatan kartu ATM yang tanpa nama. Sehingga dalam sekejap, para nasabah sudah bisa membuat kartu ATM. Tentunya banyak persyaratan yang diterapkan.

Saya pun paham benar bahwa banyak persyaratan yang harus diterapkan terhadap pelaksanaan pembuatan kartu itu. Dan kenyataannya, hampir semua kartu ATM saya, adalah kartu ATM instant.

Tapi pagi ini, saya dibuat sedikit bete. Pelakunya adalah BNI.

Ceritanya begini nih, sudah hampir 6 bulan kartu ATM BNI saya dalam kondisi patah. Sehingga menggunakan kartu tersebut seperti main dadu. Banyak nggak bisanya dari pada bisa. Lucu kan, udah jauh-jauh ke ATM, ternyata dicoba berkali-kali ternyata tuh kartu tetep dikeluarin ama si mesin.

Pagi-pagi, karena harus menggunakan ATM BNI, maka saya bergegas ke ATM di Plasa Semanggi. Ternyata di situ ada cabang BNI. Setelah ngeluarin dana yang ada (ditransfer buat bayar macem-macem), sehingga yang tersisa nggak sampe 100rb.

Duduk di customer service, ditanggapi dengan ramah. Ditanya ini itu, ngisi formulir, ngeluarin KTP dan buku tabungan, akhirnya diproseslah permohonan saya. Biayanya 15rb.

Trus si customer service membawa semua berkas ke Pimpinannya. Sekitar 5 menit, kemudian si customer service keluar lagi dan ketemu dengan saya.

Dan, ......

Ternyata permohonan saya ditolak. Karena dana saya yang tidak sampai 100rb, maka dengan alasan keamanan dijadikan sebagai pertimbangan mengapa permohonan saya ditolak.

Otak langsung berputar, mencoba merangkai logika. Kurang dari 100rb, kalo ditolak karena alasan administrasi, saya lebih bisa menerima. Tapi kalo alasan keamanan, ini yang susah diterima oleh akal sehat.

Tapi ya sudahlah, walaupun si customer service memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ada, dan saya pun harus tersenyum dipaksa-paksain biar tidak mengecewakan si customer service itu, tetep aja hati ini langsung bad mood. Pengen sih langsung ngadep ke pimpinannya, mengapa menolak alasan saya, ada tidak aturan tertulis yang menyebabkan permohonan saya ditolak, tapi niat itu langsung saya batalkan. Siapa tau logika pimpinan kantor BNI itu memang terbiasa tidak menggunakan logika akal sehat.

Dari pada memulai hari dengan ribut sama orang, mending saya mengalah saja. Toh saya juga tidak terlalu butuh dengan penggunaan kartu ATM BNI saya.

Mohon BNI kalo ada yang membaca ini, belajarlah untuk menegakkan aturan berdasarkan rule yang ada, bukan berdasarkan perasaan.